DISTRIK BANTEN NEWS.COM – Pangan Organik: Benar Sehat atau Cuma Label?Sekarang ini, makin banyak orang suka beli makanan organik. Di toko atau pasar swalayan, kita bisa lihat sayur, beras, atau camilan dengan label “organik”. Harganya lebih mahal, katanya lebih sehat, bebas bahan kimia, dan lebih ramah lingkungan.
Tapi, apakah makanan berlabel “organik” itu selalu benar-benar organik? Atau hanya sekadar label untuk menarik pembeli?
Apa Sih Makanan Organik Itu?
Makanan organik adalah makanan yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan kimia buatan seperti pestisida atau pupuk sintetis. Biasanya juga tidak memakai bibit hasil rekayasa genetik (GMO). Di Indonesia, makanan organik harus mengikuti aturan dari Kementerian Pertanian dan mendapat sertifikat resmi.
Tapi proses mendapatkan sertifikat itu tidak mudah. Butuh biaya dan waktu. Karena itu, tidak semua petani kecil mampu ikut sertifikasi, padahal mereka mungkin sudah menanam dengan cara alami. Akibatnya, ada juga yang memakai label “organik” padahal belum tentu sesuai standar.
Di beberapa kasus, label “organik” ternyata tidak sesuai kenyataan. BPOM pernah menemukan produk berlabel organik tapi masih mengandung sisa pestisida kimia. Ada juga yang memakai sertifikat palsu.
Karena kita tidak bisa melihat langsung bagaimana makanan itu ditanam, sulit bagi konsumen untuk benar-benar yakin. Jadi, label saja belum cukup. Perlu ada bukti nyata.
Peran Laboratorium: Mengetes Makanan Secara Ilmiah
Untungnya, sekarang ada banyak cara untuk mengecek apakah suatu makanan benar-benar organik. Caranya adalah lewat analisis pangan di laboratorium. Misalnya:
Tes pestisida: untuk tahu apakah masih ada sisa bahan kimia berbahaya.
Cek zat alami: untuk memastikan makanan ditanam tanpa bahan buatan.
Uji bakteri: untuk tahu apakah makanan aman dan tidak tercemar.
Ada juga alat uji cepat yang bisa digunakan langsung di lapangan oleh petani atau komunitas.
Kalau Label Salah, Siapa yang Dirugikan?
Kalau label organik dipakai sembarangan, konsumen rugi karena membayar mahal untuk produk biasa. Produsen jujur juga rugi, karena harus bersaing dengan yang curang. Akhirnya, kepercayaan masyarakat pada makanan organik jadi menurun.
Tips Jadi Konsumen Cerdas
Agar tidak tertipu, berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:
Lihat label resmi: pastikan ada sertifikat dari Kementan atau lembaga terpercaya.
Gunakan jasa uji mandiri: beberapa kampus atau laboratorium menerima tes pangan dari masyarakat.
Ikut komunitas: ada komunitas yang menguji produk secara bersama-sama.
Beli dari petani lokal terpercaya: tanya langsung bagaimana mereka menanam.
Cek rantai pasok: cari tahu dari mana makanan itu berasal.
Masa Depan Pangan Organik
Di masa depan, teknologi seperti blockchain bisa membantu melacak perjalanan makanan dari kebun ke meja makan. Ada juga alat uji sederhana yang bisa digunakan petani dan konsumen untuk cek kualitas secara langsung.
Tapi yang paling penting adalah kerja sama antara pemerintah, petani, produsen, dan konsumen. Kita semua punya peran agar makanan organik di Indonesia benar-benar bisa dipercaya.
Makanan organik bukan cuma soal label cantik. Kita butuh bukti nyata bahwa makanan itu sehat dan aman. Dengan bantuan ilmu pengetahuan dan analisis pangan, kita bisa jadi konsumen yang lebih cerdas.
Mari sama-sama jaga kejujuran dalam sistem pangan. Karena makan sehat itu hak semua orang dan harus bisa dibuktikan, bukan cuma dipercaya.
By : Rine Berliana Saputri dari Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.