DISTRIKBANTENNEWS.COM – Makanan Kriuk, Cita Rasa dan Pesona yang Tak Terelakkan! Siapa sih yang tidak suka dengan makanan renyah dan kriuk ini sekarang? Selain karena dari mudah ditemukan dimana-mana, makanan- makanan yang renyah dan kriuk ini memang menggugah selera makan, cocok untuk camilan penunda lapar, ataupun dijadikan sebagai lauk sekalipun.
Selain itu bahan baku untuk pembuatan makanan ini juga sangat terjangkau, yang mendorong pedagang untuk menjual makanan seperti ini. Tapi sangat disayangkan, ternyata masih banyak yang tidak mengetahui dampak mengkonsumsi makanan – makanan tersebut, apalagi jika dikonsumsinya terlalu berlebihan, maka dari itu yuk kita bahas sedikit disini!
Seperti yang kita tau, makanan yang berbunyi “kriuk dan kres” ini umumnya dibuat dengan cara digoreng. Metode penggorengannya bervariasi dengan minyak yang banyak seperti Deep Frying ataupun minyak sedikit seperti Pan Frying.
Penggunaan minyak tersebut memang tidak terlalu menjadi masalah, karena minyak digunakan sebagai pemberi tekstur renyah, meningkatkan rasa, dan membantu proses pematangan makanan. Namun yang menjadi masalah adalah penggunaan minyak tersebut secara berulang ulang kali, dimana hal tersebut bisa meningkatkan jumlah lemak asam bebas, pembentukan radikal bebas, dan dapat menghasilkan lemak bebas. Belum lagi kualitas makanannya juga akan menurun dan lebih berminyak ketika minyak goreng tersebut digunakan secara berkali-kali.
Masalah-masalah tersebut tentu dapat membahayakan kondisi kesehatan tubuh. Dalam jangka pendek dapat menyebabkan resiko kesehatan seperti masalah pencernaan, kenaikan kolesterol dalam darah, peningkatan gula darah, dan dapat menyebabkan kelelahan atau mengantuk yang berlebih. Kemudian dalam jangka panjangnya dapat menyebabkan resiko kesehatan seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, kardiovaskular, gangguan organ hati, hingga terkena penyakit kanker.
Analisis Pangan Menguak Semuanya!
Dari masalah-masalah tersebut, kita sebagai konsumen, perlu waspada dan melakukan pengukuran untuk menjaga konsumsi kita terhadap makanan-makanan yang digoreng ini, terutama apabila makanannya tidak disertai label nilai gizi. Pengukuran kandungan dalam makanan-makanan ini bisa disebut sebagai analisis pangan, yang cakupannya sangat luas dengan berbagai metode. Analisis pangan membantu untuk menentukan berbagai kadar dan kandungan dalam makanan dengan angka pasti. Hasil ini akan bisa kita jadikan acuan dan pengingat dalam mengkonsumsi makanan-makanan berminyak ini.
Untuk menganalisis apa saja yang terdapat dalam makanan berminyak, kita perlu menentukan dari bahan dan proses apa saja yang digunakan dalam pembuatan makanan tersebut. Seperti contoh dalam pembuatan gorengan, pedagang biasanya menggunakan bahan baku tepung terigu dan dimasak dengan cara menggoreng.
Untuk bahan bakunya, kita bisa menganalisis kandungan protein dalam gorengan.Untuk melihat jumlah proteinnya, kandungan kalori dalam gorengan untuk melihat jumlah kalorinya, dan juga kandungan antioksidan untuk melihat jumlah senyawa fungsional antioksidan yang berguna untuk menangkal senyawa berbahaya radikal bebas.Kemudian dalam proses pembuatannya yang digoreng, artinya makanan tersebut berhubungan dengan minyak, yang berarti kita perlu menganalisis dari mekanisme dan reaksi yang terjadi pada minyak saat penggorengan.
Kita dapat mulai menganalisis dari kandungan lemak total untuk mengetahui apakah jumlah lemak total yang terdapat masih aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan resiko penyakit jantung dan obesitas. Kemudian kita bisa lanjut dengan menganalisis komposisi dari asam lemak (apakah lemak jenuh, lemak tak jenuh, atau lemak trans), sekaligus menganalisis kadar kolesterolnya yang dapat berbahaya dan meningkatkan resiko jantung.
Selanjutnya kita juga perlu menganalisis tingkat oksidasi lemaknya, dikarenakan lemak yang teroksidasi dapat meningkatkan resiko peradangan. Kandungan kalori nya juga perlu dianalisis untuk pencegahan kalori berlebih yang dapat menyebabkan obesitas. Dan terakhir kita juga perlu melakukan analisis indeks glikemik (GI), yang bertujuan untuk melihat kandungan gula dalam gorengan, yang dapat memengaruhi metabolisme serta menyebabkan resiko diabetes.
Kesimpulan
Dari hasil analisis-analisis yang telah dilakukan, berbagai macam kandungannya perlu dibandingkan dengan peraturan yang mengatur jumlah atau batas konsumsi harian kandungan lemak yang dapat dikonsumsi, seperti pada Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) nomor 30 tahun 2013, yang menyatakan bahwa “…Lemak total lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung”. Sehingga dari hasil analisis ini dapat memberikan pengetahuan dan pengawasan diri terhadap dampak konsumsi dari makanan- makanan yang renyah, dengan proses penggorengan menggunakan minyak berulang-ulang atau lebih.
Daftar Pustaka:
Sinaga, L. R. V., Munthe, S. A., Bangun, H. A., dan Utami, M. P. 2019. Penelitian Kualitatif untuk Mengidentifikasi Kebiasaan Makan Masyarakat yang Berkaitan dengan Hipertensi Esensial di Desa Tualang Lama Kecamatan Deleng Pokhkisen Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2018. Akrab Juara: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Vol. 4(2), 147-163.
Jamaluddin, J. 2018. Pengolahan Aneka Kerupuk Dan Keripik Bahan Pangan. Makassar: UNM Press.
Ardhany, S. D., dan Lamsiyah, L. 2018. Tingkat Pengetahuan Pedagang Warung Tenda Di Jalan Yos Sudarso Palangkaraya Tentang Bahaya Penggunaan Minyak Jelantah Bagi Kesehatan. Jurnal Surya Medika (JSM), Vol. 3(2), 62-68.
Purhadi, P., Purnanto, N. T., dan Natassia, K. 2020. Pengaruh Konsumsi Makanan yang Mengandung Lemak Jenuh terhadap Peningkatan Kadar Kolesterol di Desa Ngabenrejo. The Shine Cahaya Dunia Ners, Vol. 5(2), 1-7.
Istarofah, L., Fatimatuzzahro, M., Ningrum, A. F., Aprillyana, H., dan Lestari, C. R. 2023. Hubungan Asupan Konsumsi Makanan Berminyak, Manis dan
Asin dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indonesian Journal of Nutrition Science and Food, Vol. 2(1), 16-22. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Jakarta: Kementerian.
By : Tegar mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa jurusan Teknologi Pangan