Upaya Menjemput Kemandirian Pangan Lewat Pengembangan Agroindustri Daerah

sumber: pexels @tomfisk

Pernahkah terlintas di benak hati kalian, kenapa petani di Indonesia belum sepenuhnya sejahtera?

Banyak hal yang menjadi faktor, mulai dari masalah struktural, biaya produksi, harga jual yang rendah dan sebagainya. Kemandirian pangan menjadi salah satu fondasi utama dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, ketergantungan impor bahan pangan, serta fluktuasi harga komoditas, pengembangan agroindustri daerah muncul sebagai solusi untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus menggerakkan ekonomi lokal. Agroindustri tidak hanya berperan dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, memperluas pasar, dan menumbuhkan semangat kemandirian ekonomi masyarakat desa.

Agroindustri berperan penting dalam mengubah wajah pertanian Indonesia dari sekadar penghasil bahan mentah menjadi penggerak ekonomi bernilai tambah tinggi. Pengolahan hasil pertanian secara lokal dapat meningkatkan daya saing produk dan memberikan pendapatan yang lebih baik bagi petani. Misalnya, di Kalimantan Selatan, pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di bidang agro masih menghadapi keterbatasan dalam desain, kemasan, dan inovasi produk. Namun, dengan dukungan pemerintah dan lembaga penelitian, potensi pengembangan industri berbasis komoditas lokal seperti padi, kelapa, dan jagung bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Selain meningkatkan nilai tambah, agroindustri juga menjadi salah satu penggerak pemberdayaan masyarakat desa. Melalui pengolahan hasil pertanian di daerah, terdapat lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat dalam berbagai tahap proses produksi, mulai dari pengolahan, pengemasan, hingga distribusi. Diharapkan agroindustri desa dapat menjadi penggerak ekonomi pedesaan dengan orientasi ekspor, substitusi impor, dan penyediaan produk untuk kebutuhan lokal. Dengan demikian sektor ini bukan hanya soal produksi pangan, melainkan juga soal pembangunan sosial ekonomi yang merata.

Tak hanya membuka lapangan kerja baru, agroindustri juga memiliki peran besar dalam mendorong diversifikasi pangan lokal. Melalui peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2024 pemerintah menegaskan pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan berbasis potensi lokal sebagai strategi menuju kemandirian pangan. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti umbi-umbian, sagu, dan jagung sebagai alternatif pangan, ketergantungan terhadap beras dapat dikurangi. Di sisi lain, pengembangan agroindustri berbasis pangan lokal turut memperkuat identitas budaya dan ketahanan ekonomi daerah.

Namun, pengembangan agroindustri daerah bukan tanpa tantangan. Banyak wilayah di Indonesia masih menghadapi keterbatasan infrastruktur seperti jalan, listrik, fasilitas penyimpanan, dan transportasi yang tidak memadai. Minimnya akses terhadap modal serta keterbatasan inovasi dalam desain dan kemasan membuat produk lokal sulit bersaing di pasar nasional maupun internasional. Selain itu, kebijakan yang belum sinkron antar lembaga sering memperlambat pertumbuhan industri kecil dan menengah di sektor pertanian.

Pengembangan agroindustri merupakan sebuah perjalanan panjang untuk menuju kemandirian bangsa. Keberhasilan pembangunan pertanian tidak hanya bergantung pada ketersediaan lahan dan alat, tetapi pada kualitas sumber daya manusianya (SDM). Seperti yang dijelaskan oleh Sutaarga (2025), dinas pertanian memiliki peran penting dalam mewujudkan SDM yang kuat, meningkatkan kapasitas kelompok tani, serta mendorong penerapan teknologi pertanian yang berkelanjutan. Namun, tantangan seperti kurangnya penyuluh pertanian dan lemahnya kelembagaan petani masih menjadi hambatan utama.

Dibantu dengan kehadiran mahasiswa, kehadiran mahasiswa bisa menjadi penggerak inovasi di tingkat lokal yang membawa ilmu dari ruang kuliah ke ladang, dari penelitian ke praktik nyata. Program seperti kuliah lapangan, pengabdian masyarakat, dan inovasi produk pangan lokal dapat menjadi wujud nyata kontribusi dengan memperkuat kualitas sumber daya manusia. Keterlibatan generasi muda dalam pertanian dapat menjadi investasi masa depan, bukan sekadar kegiatan sosial.

Di era digital ini, kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan pelaku usaha menjadi sangat penting. Inovasi teknologi seperti digital farming, sistem irigasi cerdas, dan pemasaran berbasis e-commerce dapat membantu petani meningkatkan efisiensi dan menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan faktor sumber daya manusia yang bagus agroindustri dapat tumbuh sebagai sektor yang modern, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Dalam jangka panjang, pengembangan agroindustri daerah dapat memberikan manfaat besar seperti memperkuat ketahanan pangan nasional, mengurangi ketergantungan impor, meningkatkan kesejahteraan petani, dan membuka peluang ekspor produk bernilai tinggi. Lebih dari itu, agroindustri memberi ruang bagi generasi muda untuk mencintai kembali dunia pertanian bukan sebagai pekerjaan yang dipandang sebelah mata, tetapi sebagai profesi yang strategis dan membanggakan. Menjemput kemandirian pangan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama.

 

Referensi:

Peraturan Presiden. 2024. Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal. Peraturan Perundang-Undangan Nomor 81. Jakarta.

Sutaarga, K. 2025. Manajemen Strategi Dinas Pertanian dalam Mendukung Nawacita. Aurum Ratio: Jurnal Manajemen Bisnis dan Inovasi Sistem. Vol. 1(1), 25–34.

 

Penulis: Nadiyah Al Widad

Exit mobile version