TANGERANG – Indonesia menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin nyata, seperti peningkatan suhu global, naiknya permukaan air laut, dan cuaca ekstrem. Menghadapi tantangan ini, aksi nyata untuk pengendalian perubahan iklim sangat diperlukan sebagai komitmen bersama dalam mewujudkan kehidupan yang lebih berkelanjutan. Salah satu upaya penting adalah melalui pengendalian perubahan iklim yang dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan. Kamis, (28/11/2034).
Pengendalian perubahan iklim ini ditegaskan melalui dua pilar utama: Pilar Mitigasi, yang berfokus pada pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sumbernya, dan Pilar Adaptasi, yang bertujuan meningkatkan ketahanan iklim serta kemampuan masyarakat dalam beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.
Untuk memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia pada tanggal 28 November, PLN Indonesia Power UBP Banten 3 Lontar, bekerja sama dengan PT PLN Energi Primer Indonesia, menggelar program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) bertajuk Energizing Green Spaces. Program ini melibatkan kegiatan penanaman pohon mangrove dan pohon kaliandra di area UBP Lontar.
Acara penanaman pohon tersebut dilaksanakan di Kawasan IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) PT PLN (Persero), yang terletak di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, dengan luas area mencapai 2,1 Ha. Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan berbagai stakeholder, seperti PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, Perhutani KPH Banten, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Nawasena Lestari, sebagai bagian dari kontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.
“PLN berperan dalam mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan, sebagai upaya meningkatkan kapasitas pembangkit green energy dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Pendekatan green ini dilakukan dengan mengubah penggunaan bahan bakar batu bara menjadi co-firing, dengan harapan net zero emission dapat tercapai pada tahun 2060,” ujar Yunus Tohir, Senior Manager UBP Banten 3 Lontar, dalam sambutannya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris PT PLN Energi Primer, Mamit Setiawan, menjelaskan bahwa saat ini listrik telah menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, PLN sebagai penyedia listrik Indonesia memiliki peran yang sangat penting.
“Ini adalah tanggung jawab kami di PLN untuk memberikan pelayanan terbaik. Kami tidak hanya menyediakan listrik, tetapi juga berupaya menciptakan green energy melalui program co-firing biomassa. Program penanaman hutan tanaman energi (HTE) yang kami jalankan bertujuan untuk memberdayakan petani setempat, sekaligus meningkatkan ekonomi lokal dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” jelas Mamit Setiawan.
Sektor energi memainkan peranan penting dalam aksi perubahan iklim. PT PLN (Persero) telah menerapkan teknologi co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai strategi mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi penggunaan batu bara. Co-firing adalah substitusi sebagian batu bara dengan bahan biomassa, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Hutan Tanaman Energi (HTE) menjadi alternatif sumber energi terbarukan yang dapat dikonversi menjadi berbagai produk biomassa. Penggunaan biomassa sebagai pengganti bahan bakar fosil dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran. Diversifikasi energi melalui biomassa merupakan wujud komitmen PLN untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Kegiatan penanaman pohon yang berlangsung pada Kamis (28/11) juga mendukung pencapaian lima target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-13 yang berfokus pada penanganan perubahan iklim. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan peran komunitas dalam menjaga keanekaragaman hayati, menciptakan iklim lingkungan yang sehat, serta berdampak positif pada peningkatan kualitas hidup masyarakat setempat.(*)
(red)