Rabu, 18 September 2024 5:43 WIB
BerandaLingkunganBRIN Gelar Pelatihan Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Hutan untuk Dukung Rehabilitasi Hutan...

BRIN Gelar Pelatihan Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Hutan untuk Dukung Rehabilitasi Hutan dan Lahan Berkelanjutan di Banten

- Advertisement -

SERANG – Dalam upaya memperkuat program rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengadakan sebuah acara penting yang bertajuk “Riset dan On-site Training Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Hutan” pada hari Selasa, 13 Agustus 2024. Acara ini berlangsung di gedung aula UPT Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Serang, yang berlokasi di Jalan Raya Mancak, Gunungsari.

Acara tersebut menjadi bagian dari kerjasama riset internasional yang melibatkan BRIN dan Bioversity International. Kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat sistem penyediaan benih tanaman hutan, yang merupakan salah satu elemen kunci dalam program rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia.

Selain itu, acara ini juga bersinergi dengan kegiatan di UPTD Sertifikasi dan Perbenihan Tanaman Hutan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten. Hadir dalam acara ini adalah para penyuluh, kelompok tani, praktisi pembenihan, serta berbagai stakeholder terkait, yang secara antusias berpartisipasi untuk mendalami materi tentang penanganan dan pengujian mutu benih tanaman hutan.

Vivi Yuskianti, seorang Peneliti Ahli Madya dari BRIN yang memimpin tim dalam kegiatan ini, menekankan pentingnya penanganan benih yang tepat dalam mendukung keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia.

Vivi menjelaskan bahwa kualitas benih yang digunakan akan sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi. “Teknik penanganan benih yang tepat akan menghasilkan benih dan bibit yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, teknik yang kurang tepat dapat menurunkan kualitas benih, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Vivi memaparkan mengenai tiga karakter utama dari benih tanaman hutan, yaitu benih rekalsitran, ortodoks, dan intermediate. Setiap jenis benih ini memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga memerlukan teknik penanganan dan penyimpanan yang berbeda pula. “Pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik benih sangat penting. Tidak semua benih dapat disimpan dalam waktu lama; beberapa di antaranya harus segera ditanam agar tidak mengalami kerusakan,” tambah Vivi.

Vivi juga menekankan bahwa pelatihan ini akan membantu peserta memahami jenis-jenis benih dan teknik yang sesuai untuk masing-masing jenis. “Kami berharap setelah pelatihan ini, peserta dapat menerapkan teknik penanganan dan penyimpanan yang tepat, sehingga dapat meningkatkan kualitas benih dan bibit yang digunakan dalam program rehabilitasi hutan dan lahan,” ujarnya.

Salah satu aspek penting yang dibahas dalam pelatihan ini adalah proses pengujian mutu benih tanaman hutan. Pengujian mutu ini merupakan bagian krusial dalam sertifikasi benih, yang memastikan bahwa benih yang digunakan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Vivi menjelaskan bahwa pengujian mutu benih mencakup beberapa kriteria penting, seperti kadar air, kemurnian, berat 1000 butir, dan daya berkecambah benih. Semua kriteria ini harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku.

Untuk memastikan bahwa para peserta memahami proses pengujian ini dengan baik, pelatihan juga mencakup simulasi praktek pengujian mutu fisik-fisiologis benih. Dalam simulasi ini, para peserta diberi kesempatan untuk langsung mengamati dan mempraktekkan proses pengujian, sehingga mereka dapat memahami secara mendalam apa yang diuji dan bagaimana cara pengujiannya.

“Dengan adanya simulasi ini, kami berharap para peserta dapat menguasai teknik pengujian mutu benih dengan baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas benih yang disertifikasi,” ungkap Vivi.

Pada kesempatan yang sama, Dede J. Sudrajat, Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Botani Terapan, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN, turut memberikan pemaparan mengenai penanganan benih dan bibit dalam mendukung program sertifikasi mutu benih dan bibit. Dalam presentasinya, Dede menjelaskan berbagai tahapan penting dalam proses penanganan benih dan bibit, mulai dari penunjukkan dan pembangunan sumber benih hingga alur sertifikasi mutu benih dan bibit.

Dede menegaskan bahwa kualitas benih dan bibit merupakan faktor kunci dalam keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan. “Jika kita menggunakan benih dan bibit yang berkualitas, setidaknya 25% keberhasilan penanaman dapat dijamin, meskipun ada faktor lain yang juga mempengaruhi, seperti kondisi ekofisiologi tanaman, lingkungan perakaran, dan pemeliharaan pasca penanaman,” jelas Dede.

Lebih jauh, Dede menjelaskan bahwa kegiatan seperti pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran berbagai pihak mengenai pentingnya penggunaan benih berkualitas dalam program rehabilitasi hutan dan lahan. “Kepedulian terhadap penggunaan benih berkualitas ini sangat erat kaitannya dengan upaya mitigasi perubahan iklim, karena rehabilitasi hutan yang berhasil akan berdampak positif terhadap ekosistem dan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan,” tambahnya.

Meskipun pelatihan ini mendapat respon positif dari para peserta, Dede mengakui bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam memperbaiki sistem pembenihan di Indonesia. Salah satu tantangan utama adalah perlunya sistem pengawasan peredaran benih yang lebih efektif.

Dede menekankan bahwa pengawasan ini penting untuk memastikan bahwa benih dan bibit yang digunakan dalam program rehabilitasi hutan dan lahan telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya penggunaan benih dan bibit bersertifikat juga menjadi tantangan yang harus diatasi.

Dalam upaya terus meningkatkan kualitas pembenihan di Indonesia, Dede mengungkapkan bahwa BRIN berencana untuk mengadakan pelatihan lanjutan pada bulan Oktober mendatang di Banten. Pelatihan tersebut akan lebih difokuskan pada peningkatan mutu bibit. “Kami berharap bahwa melalui pelatihan lanjutan ini, pembenihan tanaman hutan di Banten dan daerah lainnya dapat semakin maju ke depannya,” tambah Dede.

Kegiatan ini merupakan bukti nyata dari komitmen BRIN dalam mendukung program rehabilitasi hutan yang berkelanjutan di Indonesia. Dengan meningkatkan kualitas benih dan bibit yang digunakan, diharapkan program rehabilitasi hutan dan lahan dapat berjalan lebih sukses, memberikan manfaat besar bagi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.

Selain itu, acara ini juga diharapkan dapat memperkuat kerjasama antara berbagai pihak, baik dari kalangan pemerintah, akademisi, praktisi, maupun masyarakat umum, dalam upaya bersama untuk menjaga kelestarian hutan di Indonesia. Dengan adanya pelatihan-pelatihan seperti ini, diharapkan kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya penggunaan benih dan bibit berkualitas akan terus meningkat, yang pada akhirnya akan mendukung keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan serta mitigasi perubahan iklim.

BRIN, melalui kegiatan ini, menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk terus mendukung program-program yang bertujuan untuk melestarikan dan memulihkan hutan di Indonesia. Ini bukan hanya tentang menanam pohon, tetapi juga tentang memastikan bahwa benih yang ditanam berkualitas tinggi, sehingga pohon yang tumbuh dapat bertahan dan berkembang dengan baik, memberikan kontribusi positif bagi ekosistem dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, BRIN berharap dapat terus berperan aktif dalam upaya rehabilitasi hutan di Indonesia, demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Pewarta: Mala
Editor: Herfa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

BERITA TERKINI

- Advertisment -

Recent Comments