DISTRIKBANTENNEWS.COM – Hampir semua orang sangat tidak suka dengan paksaan, paksaan dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak asasi atau hak kebebasan. tapi di sisi lain tak jarang lahir sebuah inovasi hebat dari adanya paksaan. contohnya dari kerja paksa penjajah belanda terhadap bangsa indonesia, menghasilkan jalur kereta api merak yang sepektakuler. dan lebih keren lagi kerja paksa melahirkan karya-karya tulis yang tidak kalah pentingnya. seperti tulisan-tulisan multatuli yang lahir karena adanya tanam paksa di daerah bumi putra yang kemudian melahirkan bibit-bibit baru penulis-penulis dari bangsa pribumi. seperti Pramoedya Anantatoer, WS Rendra, Gol A Gong dan lain sebagainya.
Ya, mungkin memang banyak juga karya yang lahir dari hati yang tenang (tanpa paksaan). tapi istilah “bisa karena biasa, biasa karna dipaksa” merupakan pepatah yang tidak bisa lepas dari kehidupan bangsa ini. logikanya seorang akan piawai menulis akibat dia sering menulis atau terbiasa dengan dunia tulis menulis. sedangkan untuk berada dalam tahap terbiasa menulis inilah dibutuhkan satu tahapan lainnya yakni sebuah motivasi, sebuah keinginan, dan sebuah alasan untuk membiasakan diri kedalam dunia tulis menulis.
tulisan-tulisan pada massanya menandakan perkembangan berbahasa di suatu bangsa. oleh karenanya pelajaran menulis termasuk kedalam mata kuliah keterampilan berbahasa. yang tentu saja dalam penerapanya terdapat permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan.
dalam praktiknya menulis bagi sebagain orang sesuatu yang sulit dilakukan. permasalahannya menjadi komplek ketika tangan mulai menggenggam pena atau berada di atas papan ketik. apa lagi bagi para penulis pemula. untuk menciptakan ide saja rasanya butuh tenaga ekstra baru bisa membuat sebaris kalimat. ya itu akibat tidak biasa nulis. padahal dasarnya menulis adalah bercerita, dan semua orang pasti suka bercerita.
lantas bagaimana cara supaya kita terbiasa menulis? ya seperti kutipan di atas, biasa karena dipaksa. harus ada sesuatu yang bisa memaksa kita untuk membiasakan diri dalam menulis. hilangkan dulu kata paksaan itu sebagai bentuk dari penjajahan. mungkin kita tidak asing dengan orang tua yang memaksa anak-anaknya melakukan hal yang baik, salat misalnya. sampai berbagai macam cara dilakukan supaya anaknya mau beribadah. hingga pada masa si anak memahami bahwa pekerjaan itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan untuk semua pribadi. sehingga ketika dewasa dan diwajibkan sudah tidak terasa berat lagi. itu salah satu contoh akibat sudah terbiasa mengerjakannya tadi. dan itu karena dipaksa.
tuh kan, paksaan itu tidak selamanya salah, dan bentuk penjajahan. kita tidak perlu orang lain untuk memaksa kita, kita hanya perlu melawan rasa malas yang tumbuh dalam hati kita. pada dasarnya paksaan dari luarpun kalau kita sadari itu untuk membunuh rasa malas yang menyelinap dalam diri kita. atau kita juga pasti butuh orang lain seperti teman, atau dosen yang akan memberikan tugasnya dan memaksa kita menyelesaikan dengan persyaratan tertentu.jadi anggap saja sebuah paksaan itu merupakan cambuk untuk menambah motivasi kita dalam menulis.
pertanyaan selanjutnya adalah kenapa harus menulis? selai bekerja untuk keabadian seperti kata Pramoedya Anantatoer menulis adalah bentuk keterampilan berbahasa. menulis merupakan bentuk mendokumentasikan informasi. tulisa yang bagus adalah tulisan yang mudah dicerna dan dipahami. untuk menghasilkan tulisan yang bagus butuh keterampilan menulis dan berbahasa yang baik.
Berikut ini adalah beberapa kendala saat belajar menulis
Kendala Belajar Menulis
Dalam buku antologi puisi karya mahasiswa STKIP Setia Budhi Rangkasbitung, saya menemukan permasalahan yang unik dari sekadar tulisan pengantar seorang pengelola Rumah Eksploratif Kedai Proses, DC. Aryadi. menuliskan apakah tulisan-tulisan dalam buku itu disebut puisi? buku berjudul Serdadu Biru itu ditulis oleh anak-anak semester 1 Progdi Bahasa dan Sastra Indonesia yang tergabung di kelas menulis kedai proses.
bagi sebagian besar peserta, kelas menulis itu merupakan hal baru, bahkan mungkin pertama kalinya mereka membut puisi karena seumur-umurnya belum pernah membuat puisi. atau puisi itu dibuat secara tidak sengaja. atau ada juga puisi yang dibuat dengan proses yang sangat panjang dan saking panjangnya mereka sadar bahwa menulis bukanlah pekerjaan mudah.
dalam prosesnya permasalaha-permasalahan yang muncul menjadi penghambat atau kendala didalam pembelajaran menulis diantaranya :
1. Malas
Kata inilah yang pertama muncul saat kelas berlangsung. sehingga menimbulkan banyak alasan-alasan yang sebenarnya tidak penting. wah kalau sudah ada kata ini bahaya akibatnya. ini penyakit yang bisa diderita siapapun, termasuk penulis; baik penulis senior, maupun penulis pemula. kalau sudah ada kata “malas” gak ada obat yang paling manjur selain membrontak kata itu sendiri.
Coba deh tatap dunia luar. lihat orang lain yang berada di depan kita. mungkin saja mereka berada selangkah lebih jauh atau malah ratusan langkah meninggalkan kita yang diam termangu tanpa bisa berbuat apa-apa. apa tidak mau kita mengejarnya?
buang semua rasa malas yang bersarang di dalam pikiran dan perasaan kita. kalau tidak bergerak, sepertinya siapapun akan jauh tertinggal. apa mau merasakan perihnya ditinggalkan. tertinggal dan ditinggalkan oleh mereka yang berhasil dibanding diri kita.
Coba anda bayangkan lagi bagaimana jadinya jika para pejuang bangsa ini lebih mengalah pada rasa malasnya. apa iya akan ada kita yang semerdeka ini. lantas apa iya kita yang sudah merdeka lantas seenaknya diam saja dan membiarkan kemerdekaan kita dirongrong oleh para penguasa baru. padahal kita mungkin bisa melawannya meski hanya dengan menggunakan kata-kata.
Rasa malas hanya akan tetap berbaring di pikiran dan perasaan kita, saat kita tak perlu suasana kompetisi dalam hidup ini. jadi, segera menulis. kuatkan pikiranmu untuk mengumpulkan semua ide yang mungkin saja sudah menumpuk di benakmu. lihat orang lain yang sudah jauh meninggalkan kita dengan tulisan-tulisan yang dibutnya. dengan buku-buku yang berhasil diterbitkannya.
Ayo bangkit dari tidur lelap buang rasa malas. jangan sampai kita bengong saat orang lain telah banyak menoreh catatan amal baik yang manfaatnya bisa dirasakan orang lain.
2. Takut salah
Tidak ada orang yang ingin salah. semua orang pasti ingin selalu di anggap benar di hadapan orang lain. meskipun kadang melakukan kesalahan. jadi sebenarnya tidak ada yang salah dengan kesalahan yang kita buat. maksudnya kalau memang salah ya salah. akui kesalahan itu dan beruaaha untuk memperbaikinya di kemudian hari. jadi kita bisa belajar dari kesalahan yang kita buat. justru ketika kita sudah tahu salah tapi tidak mau memperbaiki kesalahannya. itu yang salah dari kesalahan yang dibuatnya.
Seperti yang Budi Harsoni bilang di kelas menulis waktu itu. “semua orang butuh keos dalam hidupnya untuk menghasilkan bintang yang bersinar” pada dasarnya ternyata kesalahan itu juga kebutuhan manusia. nah jadi sumbatan yang berupa “takut salah” harus dihempaskan dari pikiran dan perasaan kita meskipun hal itu tampak wajar dan manusiawi. tapi bagaimana jadinya jika menguasai dan mendominasi pikiran dan perasaan kita sehingga membuat kita jadi tidak berani untuk menulis? menulislah dan jangan takut salah. sebab kita bisa belajar dari kesalahan. jangan khawatir. justru adanya “kesalahan” bisa kita jadikan bahan evaluasi untuk menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik. insha allah
3. Takut Gagal
Ketika semuanya sudah mulai aktif belajar menulis. ya meskipun masih di warnai dengan berbagai maca rasa lalu muncul lagi rasa baru yang akan menghambat langkah kita menjadi penulis hebat. tiba-tiba rasa takut gagal menghantui. takut gagal menjadi penulis yang berhasil. pokoknya sudah ada-ada aja rasa yang muncul saat kita belajar menulis
bagaimana dengan perasaan “takut gagal” coba deh baca pernyataan Michael Crichton yang menulis novel Jurrasic Park.
“sebuah karya akan memicu inspirasi. teruslah berkarya. jika anda berhasil teruslah berkarya. jika anda gagal, teruslah berkarya. jika anda tertarik, teruslah berkarya. jika anda bosan, teruslah berkarya”
jadi rasa “takut gagal” juga rasa yang manusiawi kok. penulis hebat sekalipun pernah merasakannya. namun pastinya mereka bisa mengalahkan rasa yang hadir dalam perasaan dan pikiran mereka sehingga kita bisa menikmati karya hebat dari kegigihan mereka. jadi gak perlu takut gagal. sebab gagal itu biasa. justru yang luar biasa itu ketika kita mampu bangkit dari kegagalan. jangan pernah takut gagal, jalani saja apa adanya. sama seperti kesalahan. kita bisa belajar dari kegagalan.
4. Hawatir Jelek
Perasaan ini akan menghambat kreativitas kita dalam menulis jika dibiarkan tumbuh dalam pikiran dan perasaan kita. percaya deh karena semakin sering kita menulis maka akan kian tampak hasilnya. tulisan pertama kita mungkin tidak bisa terbit di majalah, koran atau buku. karena masih kurang dalam gaya penulisan maupun isinya, bukan berarti ide kita jelek. cukup coba lagi dengan gaya baru.
tak perlu hawatir dengan hasil akhir tulisan kita tentang jelek atau buruknya tulisan kita misalnya. orang lain bacanya aja bingung, pembaca malah gak tahu masksud dari yang kita tulis, gaya bahasanya berantakan, EYD-nya tidak karuan dan sebagainya. pokonya buang semua perasaan itu.
itulah 4 poin yang menghambat dan menjadi permaslahan dalam pembelajaran menulis. lantas bagaimana cara menjadi penulis yang berhasil? nanti kita bahas pada artikel berikutnya ya????
selamat belajar menulis, salam lestari, salam literasi
(Mardiana)