DISTRIKBANTENNEWS.COM – Menu makan malam hari ini adalah ikan goreng hangat dengan sambal dan nasi putih pulen. Terasa lezat, gurih dan nikmat. Ikan memang dikenal kaya akan protein, omega-3, dan baik untuk kesehatan otak, sehingga sering dijadikan lauk andalan keluarga.
Namun, siapa sangka, dibalik kelezatannya, ikan bisa membawa bahaya tersembunyi. Tanpa kita sadari, logam berat akibat pencemaran laut bisa masuk ke dalam tubuh lewat ikan yang kita konsumsi.
Zat ini tidak langsung menyebabkan sakit, tapi dapat menumpuk dalam tubuh dan perlahan merusak organ. Inilah yang disebut silent killer, racun yang tersembunyi dalam makanan yang kita anggap sehat.
Lalu, bagaimana kita tahu bahwa ikan yang kita konsumsi aman? Di sinilah peran analisis pangan bersinar. Tapi, apa sebenarnya analisis pangan itu dan mengapa penting?
Apa itu Analisis Pangan?
Analisis pangan adalah salah satu sub bidang ilmu pangan yang berkaitan dengan proses ilmiah untuk mengindentifikasi, mengukur dan mengevaluasi kandungan suatu bahan makanan, baik dari aspek fisik, kimia maupun mikrobiologi.
Tujuannya adalah memastikan bahwa pangan yang beredar di pasaran aman, bergizi, dan sesuai dengan standar.
Dari sisi kimia, analisis pangan dapat mendeteksi keberadaan berbahaya seperti pestisida, bahan tambahan pangan berlebih, hingga logam berat yang terkandung dalam pangan.
Pada pangan segar seperti ikan, analisis ini menjadi sangat krusial karena seringkali tidak melalui proses industri dan langsung dikonsumsi masyarakat
Mengapa Analisis Pangan Penting?
Banyak zat berbahaya yang tidak bisa kita lihat dengan mata atau indra manusia. Salah satunya adalah logam berat, seperti merkuri, timbal, dan kadmium yang bisa masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan tanpa disadari dan menumpuk secara perlahan di dalam tubuh paparan jangka panjang terhadap logam berat bisa menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan sistem saraf. Tanpa adanya analisis pangan, konsumen tidak akan tahu apakah makanan yang mereka konsumsi benar-benar aman atau tidak.
Kasus Ikan dan Kontaminasi Logam Berat
Kasus kontaminasi logam berat pada ikan pernah terjadi di Teluk Minamata, Jepang, pada tahun 1950-an. Ribuan orang mengalami gangguan saraf serius bahkan berujung pada kematian akibat mengonsumsi ikan yang tercemar merkuri dari limbah industri. Tragedi ini menjadi bukti nyata bahwa logam berat yang mencemari makanan bukan sekedar ancaman yang sepele.
Mirisnya, kasus serupa juga terjadi di Indonesia. Di Teluk Weda, Maluku Utara, penelitian Nexus3 Foundation bersama Universitas Tadulako menemukan kadar merkuri dan arsenik dalam ikan yang melebihi batas aman. Selain itu, paparan merkuri juga terdeteksi dalam sampel darah warga setempat.
Dari peristiwa ini, kita bisa melihat bahwa peran analisis pangan menjadi sangat penting sebagai garis awal untuk memastikan bahwa makanan, termasuk ikan yang kita anggap memiliki manfaat besar bagi kesehatan benar-benar aman untuk dikonsumsi.
Bagaimana Analisis Logam Berat?
Di laboratorium, analisis logam berat pada ikan dilakukan menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Proses diawali dengan menghancurkan daging ikan, lalu dicampur dengan larutan asam nitrat (HNO₃) dan hidrogen peroksida (H₂O₂). Campuran ini berfungsi untuk melarutkan jaringan ikan dan melepasakan logam-logam yang terikat di dalamnya. Setelah dipanaskan dan disaring, cairan tersebut diencerkan dengan aquadest hingga volume tertentu hingga siap untuk diuji.
Cara kerja Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) mirip seperti ‘sidik jari’ tiap logam, karena setiap jenis logam menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Itulah sebabnya digunakan lampu khusus (lampu katoda berongga) yang memancarkan cahaya tertentu untuk mendeteksi logam tertentu, misalnya 283,3 nm untuk timbal (Pb) dan 228,8 nm untuk kadmium (Cd).
Selanjutnya cairan sampel dimasukkan ke dalam nyala api bersuhu tinggi, yang memecah logam menjadi atom bebeas. Ketika cahaya dari lampu dilewatkan melalui sampel yang telah teratomisasi, atom-atom logam akan menyerap sebagian energi cahaya tersebut. Semakin banyak logam yang terkandung, semakin banyak cahaya yang diserap. Dari sini, alat AAS bisa menghitung seberapa tinggi kadar logam berbahaya dalam ikan yang kita konsumsi.
Dengan bantuan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), kita bisa mendeteksi kandungan logam berat seperti timbal dan kadmium dalam bahan pangan dengan akurat. Proses ilmiah ini mungkin terdengar rumit, tetapi dampaknya sangat nyata dalam melindungi masyarakat dari zat berbahaya yang tidak terlihat mata, namun bisa merusak tubuh secara perlahan.
Inilah alasan mengapa analisis pangan memiliki peran yang sangat penting sebagai fondasi dari keamanan konsumsi sehari-hari, mulai dari ikan segar, sayuran, hingga makanan olahan. Tanpa pengujian yang tepat, kita bisa saja mengonsumsi racun tanpa sadar, sedikit demi sedikit.
Dan mungkin, setelah membaca ini, Anda akan mulai melihat makanan sehari-hari dengan cara yang berbeda. Mungkin lebih sadar, lebih waspada, dan lebih menghargai peran ilmu di baliknya.
Penulis : Chairunisa Maharani mahasiswa Teknologi Pangan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.