SERANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang terus mengupayakan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang telah tersedia dengan baik. Upaya ini menjadi fokus utama dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Deteksi Dini, Preventif, dan Respon Penyakit Tingkat Kabupaten Serang Tahun 2024, yang diselenggarakan melalui Dinas Kesehatan (Dinkes).
Rapat tersebut dibuka oleh Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kabupaten Serang, Rudy Suhartanto, pada Senin, 25 November 2024, di Aston Hotel Serang. Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinkes Kabupaten Serang, Rahmat Fitriadi, sejumlah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), para Kepala Puskesmas dan Camat se-Kabupaten Serang, serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Rudy Suhartanto menekankan pentingnya rapat ini sebagai momen evaluasi untuk menilai capaian kinerja dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Menurutnya, rapat koordinasi menjadi langkah awal untuk menyiapkan strategi yang lebih baik di tahun 2025 guna memastikan peningkatan layanan kesehatan secara berkesinambungan.
“Masalah utama adalah koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi program. Rapat ini diharapkan dapat merumuskan strategi yang lebih terintegrasi di tahun 2025 agar penanganan kesehatan bisa dilakukan bersama-sama,” ujar Rudy.
Ia juga menyoroti persoalan 14 penyakit tidak menular, seperti diabetes, ginjal, dan stroke, yang banyak terjadi akibat rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Menurut Rudy, minimnya sosialisasi dan penyuluhan menjadi faktor utama.
“Tahun 2025 nanti, kita harapkan OPD dan stakeholder kesehatan bisa lebih aktif memberikan edukasi, sosialisasi, dan penyuluhan kepada masyarakat Kabupaten Serang,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Serang, Rahmat Fitriadi, menjelaskan bahwa rapat koordinasi ini dilakukan untuk memonitor pelaksanaan program kesehatan, memperbaiki kekurangan, serta mempertahankan capaian yang sudah baik. Ia mengungkapkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan ginjal dapat dicegah jika dilakukan deteksi dini.
“Deteksi dini menjadi kunci untuk mencegah penyakit berkembang lebih parah,” jelas Rahmat.
Selain itu, Rahmat juga menyoroti pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit menular seperti TBC, DBD, dan campak pada anak-anak di usia yang tepat. Menurutnya, upaya ini sudah berjalan, tetapi masih perlu peningkatan koordinasi lintas sektor untuk memperkuat pelayanan kesehatan.
“Jika tidak ada gerakan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat, maka kemajuan layanan kesehatan ini tidak akan maksimal,” tambahnya.
Lebih jauh, Rahmat mengajak semua stakeholder, mulai dari OPD, masyarakat, hingga kader-kader di tingkat desa, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Pendekatan promotif dan preventif harus menjadi prioritas utama.
“Dengan pencegahan melalui promosi pola hidup sehat dan pemeriksaan kesehatan secara teratur, kasus penyakit di masa mendatang dapat diminimalisir,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kesehatan adalah hak dan kewajiban bersama yang memerlukan partisipasi aktif dari setiap individu maupun lembaga.
“Harapan kami, masyarakat semakin sadar bahwa kesehatan adalah tanggung jawab kita bersama,” tutupnya. (*)
(red)