Kota Tangerang

Mengungkap Asal-Usul Cipete: Dari Tetes Akar Pohon Petai Hingga Jadi Sentra Perdagangan Legendaris

TANGERANG — Siapa sangka, di balik nama Cipete yang kini dikenal melintasi wilayah Kota Tangerang hingga Jakarta Selatan, tersimpan kisah sejarah unik yang berakar dari sebuah pohon — pohon petai (Parkia speciosa). Kisah menarik ini diulas dalam buku “Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang” karya Burhanudin, yang menyingkap jejak historis kampung tua nan legendaris tersebut.

Menurut keterangan Zuheri (43), nama Kampung Cipete bermula dari keberadaan pohon petai yang tumbuh subur di tepi kali pada masa lampau. Ia menceritakan, akar pohon itu menjulur hingga ke sasak — jembatan bambu kecil yang biasa digunakan warga menyeberang. Dari akar pohon itulah, air menetes ke sungai, dan menjadi asal nama Cipete.

“Dahulu ada pohon pete yang tumbuhnya di pinggir kali makanya disebut Kampung Cipete yang artinya air yang menetes dari akar pohon pete,” ujarnya.

Zuheri menjelaskan, kisah ini bukan hanya legenda turun-temurun, tetapi juga cerminan kedekatan masyarakat dengan alam sekitar. Ia menambahkan, hubungan antara Cipete dan petai tidak berhenti pada nama semata, melainkan juga berdampak pada kehidupan ekonomi warga.

“Keterkaitan Cipete dengan petai tidak hanya sebatas filosofi nama, tetapi juga pada kegiatan ekonomi. Dahulu, wilayah ini dikenal sebagai Kampung Cipete karena ramainya aktivitas perdagangan petai,” ucapnya.

Kala itu, Cipete menjadi pusat berkumpulnya para pedagang — dari penjual sayur mayur hingga para “bos besar” yang menguasai perdagangan petai di wilayah sekitar. Aktivitas ekonomi yang semarak ini menjadi bukti bahwa petai memiliki nilai historis sekaligus ekonomis bagi masyarakat Cipete.

“Petai merupakan pohon tahunan tropika yang buahnya dapat memanjang dan berisi hingga 20 biji dalam satu polong. Dikenal karena baunya yang menyengat dan tajam, membuat sebagian orang menghindari mengonsumsinya,” katanya.

Kini, nama Cipete bukan sekadar penanda wilayah, melainkan simbol keterikatan antara manusia, alam, dan sejarah lokal. Dari tetes air akar pohon petai di pinggir kali hingga hiruk-pikuk perdagangan petai di masa lalu, Cipete menyimpan cerita tentang bagaimana sebuah pohon mampu menumbuhkan identitas dan kehidupan bagi sebuah kampung.

Related Posts

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *