Bisnis

Dari Kakao ke Coklat: Peran Agroindustri Dalam Membawa Kakao ke Pasar Dunia

Kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman penting dari famili Sterculiaceae yang berasal dari kawasan Amazon, Amerika Selatan. Tanaman ini tumbuh baik di hutan tropis dengan kondisi lembap, curah hujan tinggi, dan suhu yang relatif stabil sepanjang tahun. Kakao menjadi bahan utama pembuatan cokelat dalam berbagai bentuk seperti bubuk, permen, dan kue. Di Indonesia, kakao mulai dibudidayakan secara luas sejak tahun 1970 dan kini menjadi salah satu komoditas unggulan yang berperan besar dalam ekspor serta perekonomian nasional (Rangga et al., 2023).

Proses Transformasi: Dari Biji Kakao ke Produk Cokelat Perjalanan kakao dimulai di perkebunan, di mana pohon Theobroma cacao menghasilkan buah berbentuk labu dengan biji yang dilapisi lendir. Proses pasca-panen yang penting untuk mengembangkan rasa khas cokelat terjadi pada biji kakao setelah panen. Selama lima hingga tujuh hari, fermentasi alami memungkinkan enzim untuk mengurai gula dan protein. Kemudian dilakukan pengering di bawah sinar matahari dilakukan setelah proses ini selesai hingga kadar air mencapai 7%. Ini mencegah jamur dan menjaga kualitas.

Biji kakao kemudian dikirim ke pabrik untuk diproses lebih lanjut. Di sini, biji dipanggang untuk mengembangkan aroma dan digiling menjadi likor kakao. Likor ini dibagi menjadi dua bagian: bubuk kakao untuk minuman dan mentega kakao untuk cokelat premium. Proses akhir adalah mencampur gula, susu, dan emulsifier untuk membuat cokelat yang siap dikonsumsi.Menurut Susanto dan Widodo (2020) jika tidak ada agroindustri, harga kakao mentah hanya sekitar US$2-3/kg, tetapi harga produk olahan seperti cokelat batang bisa naik hingga US$10–20/kg.

Peran Agroindustri: Jembatan Menuju Pasar Global Agroindustri bukan sekadar pengolah, melainkan katalisator ekonomi yang menghubungkan petani kecil dengan pasar internasional. Di Indonesia, sektor ini berkontribusi signifikan terhadap PDB pertanian, dengan ekspor kakao mencapai 200.000 ton per tahun (data BPS 2022). Agroindustri meningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi produk, seperti cokelat organik atau fair-trade, yang diminati pasar Eropa dan Amerika.Tantangan.

Peluang di Pasar Dunia Agroindustri kakao memiliki banyak tantangan, termasuk perubahan iklim, yang mengurangi hasil panen di Sulawesi hingga 20%, dan persaingan dari Afrika Barat, yang memasok 70% kakao dunia. Menurut Hidayat dan Sari (2021) rantai pasokan terganggu oleh pandemi COVID-19, yang menyebabkan ekspor turun 15% pada tahun 2020.

Namun, peluang muncul dari tren konsumen yang sadar kesehatan, yang membeli cokelat kakao Indonesia yang tinggi antioksidan.Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah, swasta, dan petani harus bekerja sama. 50.000 petani kakao telah menerima bantuan dari program seperti Gerakan Nasional Pengentasan Kemiskinan Ekstrem (GNPE), yang memanfaatkan agroindustri terintegrasi untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Daftar Pustaka
Hidayat, Y., dan Sari, D. P. 2021. “Strategi Pengembangan Agroindustri Kakao Berbasis Keberlanjutan di Tengah Perubahan Iklim”. Jurnal Agronomi Indonesia, 49(3), 210-225.
Rengga, A., Juru, P., dan Tonce, Y. 2023. Analisis Perbedaan Harga Jual Kakao Asalan Dan Kakao Sertifikasi Pada Pt. Celebes Makmur Abadi Maumere. Jurnal Projemen UNIPA, 10(1), 49-61.
Susanto, A., dan Widodo, S. (2020). “Peran Agroindustri dalam Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Kakao di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 4(2), 145-158.

Penulis: Sulistiawati Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Related Posts

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *