JAKARTA, 26 September – Program makan gratis berskala nasional yang digagas Presiden Prabowo Subianto kini tengah disorot tajam. Sebuah lembaga pemerintah yang menjalankan program tersebut mengakui adanya kelemahan pengawasan hingga memicu wabah keracunan makanan yang menimpa ribuan anak sekolah.
Sejak diluncurkan Januari lalu, hampir 6.000 orang dilaporkan jatuh sakit setelah menyantap makan siang gratis. Lonjakan terbaru terjadi di Jawa Barat pekan ini, dengan lebih dari 1.000 anak menjadi korban.
Kekhawatiran publik pun meningkat. Inisiatif bernilai miliaran dolar ini awalnya ditujukan untuk menjangkau lebih dari 20 juta penerima, dengan target ambisius memberi makan 83 juta orang pada akhir tahun. Namun, lembaga pelaksana program mengungkap bahwa dari total anggaran 171 triliun rupiah, mereka memperkirakan hanya dapat membelanjakan 99 triliun rupiah pada tahun ini.
Dalam konferensi pers penuh emosi, Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Nanik Deyang, meminta maaf dan bahkan sampai menitikkan air mata.
“Kesalahan terbesar kami adalah… kurangnya pengawasan,” ujarnya dengan nada sesal. Ia menegaskan bahwa lembaganya bertanggung jawab penuh. “Kasus-kasus terbaru terjadi karena mitra kami dan tim internal kami tidak mengikuti standar operasional yang benar.”
Nanik juga menambahkan bahwa waktu memasak yang tidak konsisten turut menjadi penyebab keracunan. Sebagai langkah perbaikan, ia memastikan pengawasan akan diperketat. “Makanan olahan kini dilarang dalam menu makan siang, dan dapur yang tidak memiliki sertifikasi kesehatan yang layak akan ditutup bulan depan,” tegasnya dikutip dari reuters.com
Kasus di Jawa Barat diketahui berasal dari dapur yang menggunakan bahan makanan basi. Selain itu, Nanik mengungkap masih minimnya jumlah ahli gizi di berbagai daerah. Saat ini, investigasi tengah berlangsung melibatkan regulator pangan dan pihak kepolisian.
Sorotan keras datang dari berbagai pihak. Organisasi kesehatan menyerukan penghentian sementara program ini, sementara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menuntut evaluasi menyeluruh. Ia memperingatkan bahwa kasus keracunan bisa membebani rumah sakit kecil di daerah.