Kamis, 22 Mei 2025 7:43 WIB
BerandaBerita UtamaMadrasah Diniyah Madarijul Ulum di Kabupaten Serang Terancam Roboh, Siswa Terpaksa Diliburkan...

Madrasah Diniyah Madarijul Ulum di Kabupaten Serang Terancam Roboh, Siswa Terpaksa Diliburkan Total

- Advertisement -

Serang – Potret memprihatinkan dunia pendidikan kembali mencuat dari pelosok Kabupaten Serang, Banten. Sebuah madrasah diniyah bernama Madarijul Ulum yang terletak di Desa Binangun, Kecamatan Waringin Kurung, kini menghadapi ancaman serius: bangunan sekolah dalam kondisi rusak parah dan berpotensi roboh sewaktu-waktu.

Kondisi memprihatinkan ini langsung disampaikan Ahmad Safturi, Kepala Pembangunan Madrasah, saat ditemui oleh tim distrikbantennews.com dalam wawancara eksklusif pada Rabu (21/05/2025). Ia menjelaskan bahwa kerusakan bangunan sudah terjadi sejak lama. Bahkan, ruang Kelas 1 dan 2 telah tidak digunakan sejak sekitar satu tahun terakhir.

“Kondisi bangunan sudah tidak memungkinkan. Genting jatuh sendiri, kayu-kayu penyangga atap sudah keropos semua. Kami takut bangunannya roboh dan menimpa siswa,” ujar Sapturi.

Demi menghindari risiko kecelakaan, pihak madrasah terpaksa menggabungkan beberapa ruang kelas. Kelas 1 dan 2 dijadikan satu ruangan, begitu pula Kelas 3 dan 4. Namun, karena kerusakan terus bertambah, proses belajar-mengajar pun akhirnya dihentikan total.

“Sejak sekitar tiga bulan lalu, kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan sementara,” jelasnya.

“Tadinya kelas 5 dan 6 masih digunakan, tapi karena anak-anak suka berlari dan bermain, kami khawatir bangunan roboh tiba-tiba. Akhirnya kita liburkan semua, kita putuskan untuk renovasi semua” tambahnya.

Madrasah Diniyah Madarijul Ulum dibangun dari dana swadaya masyarakat sejak 2003 dan mulai beroperasi pada 2005. Hingga kini, pembangunan dan perbaikan masih dilakukan secara mandiri oleh warga.

“Dari mana uangnya, itu mah dari yang Maha Kuasa saja. Sambil jalan, mudah-mudahan masyarakat sedikit demi sedikit bisa bantu. Mudah-mudahan juga ada bantuan dari manapun,” harap Safturi.

Dana dikumpulkan dari donasi masyarakat setempat, bahkan menggunakan kotak kardus yang diletakkan di pinggir jalan. Harapannya, setiap warga yang melintas bisa menyumbang seikhlasnya. Namun karena metode ini seadanya, proses pembangunan pun berjalan sangat lambat.

“Kalau dapat uang, kita beli satu sak semen. Kalau hari itu nggak dapat, ya dikumpulkan dulu sampai cukup. Begitu terus,” ucapnya.

Kendati penuh keterbatasan, semangat warga tidak surut. Mereka bergotong royong membangun madrasah tanpa bayaran, sebagai wujud kepedulian terhadap masa depan anak-anak mereka. Setiap tenaga, waktu, dan materi yang diberikan merupakan bentuk cinta terhadap pendidikan.

Ironisnya, di tengah gencarnya pemerintah mencanangkan program Indonesia Emas 2045, realita seperti ini masih ditemukan di lapangan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi siswa, justru menjadi ancaman keselamatan akibat kerusakan yang dibiarkan terlalu lama.

Potret Madrasah Diniyah Madarijul Ulum menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa kemajuan bangsa tidak akan tercapai jika pendidikan dasar diabaikan. Pemerataan akses dan fasilitas pendidikan, terutama di daerah pelosok, harus menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional.

Dengan semangat kebersamaan dan harapan yang tak padam, warga Desa Binangun terus berjuang menjaga keberadaan madrasah ini. Namun, mereka tidak bisa berjuang sendiri. Diperlukan perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah maupun para dermawan agar generasi penerus bangsa bisa belajar dengan aman, nyaman, dan layak. (her)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

BERITA TERKINI

- Advertisment -