Sabtu, 22 Februari 2025 1:26 WIB
BerandaLebakAktivis atau Akademisi? Begini Pandangan Presiden Mahasiswa STAI Wasilatul Falah

Aktivis atau Akademisi? Begini Pandangan Presiden Mahasiswa STAI Wasilatul Falah

- Advertisement -

Perdebatan tentang peran aktivis dan akademisi dalam dunia mahasiswa terus menjadi diskusi yang menarik. Sebagian menilai bahwa aktivis memiliki peran penting dalam mengawal kebijakan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Sementara itu, masyarakat menganggap akademisi sebagai agen perubahan yang memberikan solusi berbasis kajian ilmiah.

Saepullah, Presiden Mahasiswa STAI Wasilatul Falah Rangkasbitung periode 2024-2025 yang akrab disapa Bodong, menegaskan bahwa aktivis dan akademisi tidak bisa dipisahkan dalam perjuangan mahasiswa. Menurutnya, keduanya harus berjalan beriringan untuk menciptakan perubahan yang nyata.

“Kita butuh keseimbangan. Bodong mengatakan bahwa tanpa akademik, aktivisme bisa jadi hanya gerakan emosional tanpa arah. Sementara itu, akademisi yang apatis terhadap sosial akan kehilangan relevansi di masyarakat. Ujaran tersebut disampaikannya saat ditemui di kampus STAI Wasilatul Falah, Lebak, Banten.

aktivis bem stai wasilatul falah
dok/prib | Saepullah : presiden mahasiswa STAI Wasilatul Falah

Selain menjabat sebagai Presiden Mahasiswa, Bodong juga aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Menurutnya, organisasi mahasiswa harus menjadi wadah yang tidak hanya membentuk kader-kader intelektual tetapi juga mencetak generasi yang peka terhadap isu sosial.

Aktivisme Berbasis Ilmu

Bodong menegaskan, “Aktivisme yang efektif harus berdasar pada kajian ilmiah.” Menurutnya, banyak gerakan mahasiswa yang gagal karena hanya mengandalkan semangat tanpa data dan analisis mendalam.

“Kritik tanpa dasar ilmiah hanya akan menjadi omong kosong. “Solusi konkret yang bisa dipertanggungjawabkan harus kita punya jika ingin menyuarakan perubahan,” jelasnya.

Sebagai contoh, ia menyoroti isu-isu pendidikan dan kebijakan kampus yang sering kali menjadi sorotan mahasiswa. Menurutnya, tuntutan mahasiswa akan lebih didengar jika disampaikan dengan data dan kajian akademis yang kuat.

“Misalnya, saat kita menuntut kebijakan baru di kampus, kita harus punya data tentang dampaknya. Jangan hanya berteriak tanpa solusi,” tambahnya.

Akademisi Jangan Apatis

Di sisi lain, Bodong juga mengkritik sebagian akademisi yang terlalu fokus pada riset tanpa peduli dengan realitas sosial. Menurutnya, manfaat akan diperoleh dari ilmu jika ilmu itu digunakan untuk kepentingan masyarakat. Jika tidak, ilmu itu hanya akan menjadi teori tanpa manfaat.

“Banyak akademisi yang hanya sibuk dengan penelitian dan publikasi jurnal, tetapi tidak pernah turun ke lapangan untuk melihat kondisi nyata. Padahal, ilmu seharusnya menjadi alat untuk memperbaiki keadaan,” katanya.

Ia menegaskan bahwa akademisi juga memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan keadilan dan menjadi penghubung antara ilmu pengetahuan dan realitas sosial.

Mahasiswa Harus Berperan Aktif

Sebagai pemimpin mahasiswa, Bodong mengajak rekan-rekannya untuk tidak hanya fokus pada satu aspek saja, melainkan menggabungkan peran aktivis dan akademisi dalam keseharian mereka.

“Mahasiswa harus kritis dan solutif. Kita harus bisa menjadi penggerak perubahan dengan cara yang intelektual dan strategis,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran organisasi mahasiswa seperti IPNU dan PMII dalam membentuk karakter mahasiswa yang berwawasan luas dan peduli terhadap persoalan bangsa.

“Di IPNU dan PMII, kita belajar banyak hal, mulai dari kajian keislaman, kepemimpinan, hingga advokasi sosial. Ini membuktikan bahwa gerakan mahasiswa tidak hanya tentang aksi di jalan, tetapi juga membangun pola pikir yang kuat,” ujarnya.

Bodong menegaskan bahwa aktivis dan akademisi tidak boleh lagi saling bertentangan, tetapi harus berkolaborasi. Aktivisme tanpa akademik bisa menjadi gerakan tanpa arah, sementara akademisi tanpa aksi sosial bisa kehilangan makna.

“Yang terpenting adalah bagaimana kita berkontribusi dengan cara kita masing-masing. Baik aktivis maupun akademisi, semuanya punya peran dalam membangun masa depan yang lebih baik,” tutupnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

BERITA TERKINI

- Advertisment -