SERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten menyelenggarakan acara sosialisasi untuk meningkatkan cakupan konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri. Acara ini dilaksanakan di aula Puskesmas Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, pada Selasa (15/10/2024), dan dihadiri oleh perwakilan dari berbagai instansi, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, termasuk perwakilan lintas sektor yang terkait dengan program kesehatan remaja.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya remaja putri, tentang pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin. Remaja putri sering kali rentan terhadap masalah anemia, yang bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang. Anemia pada usia remaja, terutama di kalangan perempuan, dapat memengaruhi kesehatan saat mereka memasuki usia reproduksi. Dalam jangka panjang, kondisi ini meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. BBLR sendiri dapat berdampak serius pada pertumbuhan dan perkembangan anak, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan di masa mendatang.
Selain risiko BBLR, kekurangan zat besi pada remaja putri juga dapat menyebabkan anemia, yang sering disertai dengan defisiensi gizi mikro lainnya seperti yodium, selenium, kalsium, dan seng. Zat-zat ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal pada remaja putri. Anemia dan kekurangan zat gizi mikro lainnya memiliki penyebab langsung terkait pola konsumsi makanan yang kurang bervariasi dan rendah kandungan nutrisi. Oleh karena itu, konsumsi tablet tambah darah secara rutin dianjurkan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan zat besi yang mungkin sulit didapatkan hanya dari makanan sehari-hari.
Acara sosialisasi ini juga merupakan bagian dari program surveilans gizi yang dilakukan secara berkesinambungan di seluruh Puskesmas di Provinsi Banten. Program surveilans ini bertujuan untuk memantau dan mendeteksi dini masalah gizi pada kelompok usia tertentu, termasuk remaja putri, agar intervensi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran. Dalam acara tersebut, diselenggarakan juga pertemuan lintas program dan lintas sektor untuk membahas suplemen gizi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kerja sama lintas sektor ini diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan mengenai langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan masalah gizi yang lebih efektif dan dapat diterapkan di tingkat kecamatan/puskesmas, kabupaten/kota, hingga di tingkat provinsi.
Dalam acara tersebut, peserta diberikan pemahaman tentang pentingnya analisis situasi yang berkesinambungan untuk memetakan besarnya masalah gizi serta faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah tersebut. Analisis ini dimulai dari tingkat administrasi terendah, yaitu desa, hingga ke tingkat nasional. Pemantauan yang mendalam ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan dan status gizi masyarakat secara menyeluruh agar program-program intervensi yang dijalankan lebih tepat sasaran dan efektif dalam jangka panjang.
Sebagai bagian dari upaya modernisasi pengelolaan data gizi, Dinkes Provinsi Banten telah mengembangkan sistem pelaporan berbasis web melalui aplikasi Sigizi. Sistem ini memungkinkan Puskesmas untuk melaporkan data terkait pembinaan gizi secara real-time dan terpusat, sehingga memudahkan petugas dalam mengakses dan menganalisis data. Dengan adanya sistem ini, validasi data gizi buruk juga dapat dilakukan lebih efektif, yang mana data yang diinput dapat diperiksa keakuratannya sebelum dipublikasikan sebagai laporan resmi. Validasi data sangat penting untuk memastikan bahwa diagnosa terhadap kasus gizi buruk yang dilaporkan benar-benar akurat, sehingga intervensi yang diberikan pun dapat lebih efektif.
Sosialisasi ini diharapkan dapat menginspirasi peningkatan kesadaran di kalangan remaja putri mengenai pentingnya menjaga pola makan yang sehat dan seimbang serta rutin mengonsumsi tablet tambah darah. Selain itu, Dinas Kesehatan Provinsi Banten berharap program ini dapat berperan dalam memutus rantai masalah gizi kurang dan anemia pada remaja, sehingga mampu menghasilkan generasi muda yang lebih sehat, kuat, dan siap untuk masa depan.
Dengan adanya kerja sama yang solid antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, serta didukung oleh teknologi untuk pengelolaan data gizi yang lebih baik, upaya penanggulangan masalah gizi pada remaja putri ini diharapkan akan terus berkembang dan membawa hasil positif bagi kesehatan masyarakat di Provinsi Banten. (adv)