SERANG – Pada malam Sabtu, 18 April 2024, Gedung Negara Provinsi Banten di Jl Brigjen KH Tb Syam’un No.5, Kota Serang menjadi saksi bisu perayaan Seba, sebuah tradisi yang dihormati oleh Masyarakat Adat Baduy. Penjabat (Pj) Gubernur Banten, Al Muktabar, yang juga dihormati sebagai Bapak Gede Masyarakat Adat Baduy, berpartisipasi dalam acara tersebut bersama 1500 anggota masyarakat.
Dalam perayaan Seba Alit kali ini, Al Muktabar menekankan pentingnya menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak-anak Masyarakat Adat Baduy untuk mencegah stunting. “Saya menitipkan anak-anak jangan sampai terkena stunting. Bila perlu dukungan, Pemerintah Provinsi Banten siap hadir,” ujarnya.
Al Muktabar juga menyerukan pembinaan generasi muda dan memberikan mereka kesempatan untuk maju. Sebagai bagian dari tradisi, Al Muktabar menerima bawaan laksa dari Masyarakat Adat Baduy sebagai simbol penerimaan, dan sebaliknya, memberikan bingkisan kepada mereka.
Al Muktabar berharap para puun, para jaro, dan warga Masyarakat Adat Baduy diberikan kesehatan. “Dalam kehidupan gemah ripah loh jinawi,” ungkapnya.
Menurut Al Muktabar, Seba adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari Masyarakat Adat Baduy. Masyarakat dari lima desa hadir untuk melaksanakan Seba, yang menjadi salah satu pilar pembangunan. “Menandakan terjadi harmoni yang baik di Masyarakat Adat Baduy,” ujarnya.
Al Muktabar juga mengapresiasi Masyarakat Adat Baduy yang berhasil menjaga dan memelihara harmoni dengan alam dan masyarakat. “Apresiasi kepada Masyarakat Adat Baduy yang damai aman tenteram. Stabilitas terjaga dengan baik. Terima kasih atas kebersamaan kita dalam situasi aman dan damai,” ucapnya.
Al Muktabar mempersilahkan Masyarakat Adat Baduy untuk memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan, termasuk menikmati pertunjukan Wayang Golek oleh dalang Mursidi Ajen dengan lakon Astrajingga Jadi Raja.
Kepala Desa Kanekes Saija, yang merupakan Jaro Pemerintah Masyarakat Adat Baduy, mengatakan bahwa tahun ini sebanyak 1500 Masyarakat Adat Baduy datang dari Kanekes untuk Seba. “Mohon maaf bila ada kata-kata dari masyarakat kami yang kurang berkenan,” ungkapnya. “Mohon doanya semoga masyarakat selamat,” pungkasnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Tabrani, dalam laporannya mengatakan, Seba Baduy selalu meninggalkan kesan dan cerita berbeda. “Pelaksanaan Seba Baduy tidak selalu sama karena Masyarakat Adat Baduy punya kalender sendiri. Juga menunggu petunjuk sesuai tatanan adat dari leluhurnya,” jelasnya.
Sebagai informasi, Seba Gede dan Seba Alit ditentukan sendiri oleh Masyarakat Adat Baduy yang ditandai dengan bawaannya. Pada Seba Gede, Masyarakat Adat Baduy membawa bawaan laksa, hasil bumi, dan peralatan dapur. Sedangkan pada Seba Alit, Masyarakat Adat Baduy tidak membawa peralatan dapur.
(her/red)