BANTEN – Siapa bilang bertani itu jadul? Di Banten, dunia pertanian perlahan berubah. Nggak cuma soal bajak sawah dan panen padi, tapi juga soal inovasi, digitalisasi, dan semangat anak muda.
“Yups, inilah era generasi baru yang siap menjawab tantangan ketahanan pangan masa depan,” demikian semangat yang mulai tumbuh di kalangan petani muda di Banten.
Petani Milenial: Siapakah Mereka?
Petani milenial bukan berarti mereka yang memakai outfit trendi sambil memetik cabai, melainkan anak muda yang melihat peluang, memanfaatkan kemajuan media sosial, serta melek teknologi digital.
Di Provinsi Banten, kelompok petani muda ini mulai bermunculan, baik dari kalangan keluarga petani maupun mereka yang ‘hijrah’ dari dunia kota karena melihat potensi besar di sektor pangan.
Salah satunya adalah Wahidin Muhammad, warga Kabupaten Pandeglang, yang sukses memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya untuk berkebun.
Berawal dari kebutuhan pangan keluarga, Wahidin kini mampu menciptakan ketahanan pangan mandiri sekaligus menghasilkan cuan dari hasil kebun sayurannya.
“Awalnya saya cuma ingin memenuhi kebutuhan sayur di rumah, tapi ternyata hasilnya lumayan banyak. Dari situ saya coba jual online, dan alhamdulillah banyak yang pesan,” ungkap Wahidin sambil tersenyum.
Namun perjuangan para petani muda tidaklah mudah. Tantangannya beragam, mulai dari akses lahan terbatas, minimnya modal usaha, hingga stigma bahwa “bertani itu kotor dan panas.”
Tapi justru di situlah menariknya, generasi muda tidak mudah menyerah. Mereka menjadikan tantangan itu sebagai peluang untuk berinovasi dan menciptakan cara bertani yang lebih efisien serta ramah lingkungan.
Inovasi Pertanian Digital di Banten
Menurut data dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, melalui program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) tahun 2023, petani milenial adalah kunci regenerasi sektor pertanian yang mulai ditinggalkan generasi tua.
Salah satu provinsi yang menjadi target program ini adalah Banten, terutama di Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
Program YESS ini melibatkan pelatihan kewirausahaan, fasilitasi akses permodalan, hingga penguatan kelembagaan pertanian untuk generasi muda.
“Melalui program ini, anak muda diharapkan tidak hanya jadi pelaku pertanian, tapi juga wirausaha yang mampu mengelola hasil tani dengan cara modern,” ujar perwakilan Kementerian Pertanian dalam salah satu sesi pelatihan di Banten.
Pemerintah juga telah menyiapkan berbagai starter pack untuk memudahkan anak muda terjun ke dunia pertanian digital, mulai dari pelatihan teknologi pertanian, sistem pemasaran online, hingga bantuan alat pertanian modern.
Regenerasi Itu Penting!
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, rata-rata usia petani nasional sudah di atas 45 tahun. Jika regenerasi tidak dilakukan, siapa yang akan meneruskan pekerjaan penting ini untuk menopang kebutuhan pangan masyarakat?
Nah, di sinilah petani milenial menjadi harapan baru dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Pemerintah daerah juga turut aktif mendukung. Dinas Pertanian Provinsi Banten gencar mendorong berbagai program seperti Pertanian Masuk Sekolah (PMS), pelatihan kewirausahaan untuk mahasiswa, hingga pemberian bantuan alat dan benih bagi petani muda.
“Petani milenial bukan hanya digugah semangatnya, tapi juga benar-benar difasilitasi agar bisa mandiri dan berdaya saing,” kata salah satu pejabat Dinas Pertanian Banten.
Saatnya Anak Muda Turun Tangan
Anak muda di Banten kini punya banyak pilihan untuk berkontribusi dalam dunia pertanian. Tidak harus langsung nyangkul di sawah, ada berbagai peluang lain seperti menjadi content creator pertanian, data analyst pertanian, atau bahkan pengusaha agroteknologi.
Dunia pertanian masa kini membutuhkan sosok-sosok kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Mari kita berikan apresiasi kepada anak-anak muda yang memilih jalan sunyi — menjadi petani masa depan.
Salam dari ladang!
Banten tidak kekurangan generasi hebat. Petani milenial adalah buktinya. Yuk, dukung dan sebarkan semangat bertani kekinian ini!










