TANGERANG – Suasana haru dan khidmat menyelimuti Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah, Desa Cilongok, Kecamatan Pasar Kemis, saat digelarnya Haul ke-67 Tuan Syekh Abdul Qodir Jailani, Minggu (5/10/2025). Ribuan jamaah dari berbagai penjuru Banten hingga luar daerah tampak memadati lokasi acara untuk mengenang keteladanan ulama besar yang namanya harum di seluruh dunia Islam.
Haul akbar yang turut dihadiri Bupati Tangerang Moch. Maesyal Rasyid dan Gubernur Banten Andra Soni itu berlangsung dengan penuh kekhusyukan. Rangkaian acara seperti dzikir bersama, pembacaan manaqib, tausiyah, hingga doa bersama menggema di seluruh area pesantren, menciptakan suasana religius yang menyentuh hati setiap jamaah
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Maesyal Rasyid menyampaikan rasa syukur sekaligus apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan tahunan yang telah menjadi bagian dari tradisi keagamaan masyarakat Kabupaten Tangerang.
“Haul ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada ulama besar, tetapi juga menjadi momentum untuk meneladani akhlak beliau yang penuh dengan keikhlasan, kesabaran, dan pengabdian kepada umat. Semoga semangat itu terus hidup dalam diri kita semua,” ujar Bupati Maesyal Rasyid.
Ia menegaskan bahwa kegiatan keagamaan seperti haul bukan sekadar ritual seremonial, melainkan sarana untuk memperkuat nilai-nilai spiritual, kebersamaan, dan persatuan umat di tengah masyarakat yang semakin dinamis.
Lebih lanjut, Bupati Maesyal Rasyid juga memberikan apresiasi tinggi kepada Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah, yang telah lama dikenal sebagai salah satu pesantren besar dan berpengaruh di Kabupaten Tangerang.
“Pesantren ini telah melahirkan berbagai santri yang berilmu dan berakhlak mulia. Pemerintah Kabupaten Tangerang berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan pendidikan keagamaan dan peran pesantren sebagai benteng moral masyarakat,” imbuhnya.
Puncak acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin para habaib dan ulama, diikuti suasana haru penuh kebersamaan. Usai acara, Bupati Tangerang bersama Gubernur Banten turut menerima cinderamata miniatur mahkota Raja Sunda “Binokasih” dari Kerajaan Sumedang Larang, sebagai simbol persaudaraan dan penghormatan budaya.
Haul ke-67 ini tak hanya menjadi ajang mengenang sosok ulama besar, tetapi juga momentum spiritual yang meneguhkan pesan moral: bahwa keikhlasan, kesabaran, dan pengabdian adalah warisan abadi yang harus terus dijaga oleh generasi penerus bangsa.