Kabupaten Tangerang

BNK Tangerang Gandeng Desa, Gerakkan “Desa Bersinar” Perangi Narkoba dari Akar Rumput

TANGERANG – Perang melawan narkoba di Kabupaten Tangerang kini tak lagi hanya menjadi tugas aparat penegak hukum. Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Tangerang mulai menggerakkan kekuatan paling dekat dengan masyarakat—pemerintah desa—untuk ikut memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba hingga ke pelosok.

Lewat Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), BNK Tangerang mendorong terbentuknya Desa Bersinar, yakni desa bersih dari narkoba yang digerakkan langsung oleh para kepala desa dan perangkatnya.

Kepala BNK Kabupaten Tangerang, Dedy Sutardi, menegaskan bahwa keberhasilan program ini bergantung pada sinergi antara BNK dan para kepala desa sebagai garda terdepan.

“Begitu kita bisa raih depan masyarakat bersinar, itu pasti masyarakat itu dikomandoi oleh kepala desa. Karena mereka lah yang punya masyarakat secara langsung,” ujar Dedy dalam Rakor Program P4GN untuk ketua Apdesi di Ruang Parakan, Gedung PU, Rabu (12/11/2025).

Dedy menjelaskan, BNK saat ini memiliki empat fokus utama: lingkungan kerja bersinar, lingkungan pendidikan bersinar, lingkungan perusahaan bersinar, dan lingkungan masyarakat bersinar. Semua diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang benar-benar bersih dari narkoba.

Ia menambahkan, desa akan menjadi ujung tombak keberlanjutan program P4GN melalui penyusunan kegiatan promotif dan preventif di tingkat lokal.

“Kita harap masing-masing desa nanti sudah menyusun programnya. Baik kampanye moral, sosialisasi, maupun kegiatan tingkat RT dan RW. Semua itu harus dikomandoi kepala desa,” terangnya.

BNK pun menargetkan mulai tahun 2026 setiap desa di Kabupaten Tangerang sudah memiliki program P4GN sendiri, di bawah bimbingan Dinas Pemerintahan Desa (Pemdes).

Sementara itu, Ketua Apdesi Kabupaten Tangerang, Maskota, mengungkapkan bahwa sejumlah desa sebenarnya telah lebih dulu bergerak melakukan sosialisasi bahaya narkoba sebelum adanya rapat koordinasi tersebut.

“Kami sudah bersosialisasi dengan masyarakat tentang bahaya narkoba. Tujuan utamanya jelas, bagaimana tidak ada pengedaran narkoba di wilayah desa masing-masing,” kata Maskota.

Namun, tantangan besar masih menghadang. Menurutnya, peredaran narkoba di desa seringkali sulit terdeteksi karena berlangsung secara sembunyi-sembunyi.

“Pengedar itu sembunyi-sembunyi. Kadang datang dari luar wilayah, bahkan teman warga sendiri. Ketika ditangkap tangan pun kami tidak punya kewenangan seperti kepolisian,” jelasnya.

Untuk memperkuat upaya di lapangan, Apdesi berencana meningkatkan kerja sama dengan kepolisian, sekaligus mengedepankan pendekatan keagamaan sebagai benteng moral masyarakat.

“Kami libatkan para ustaz, ulama, dan MUI dalam sosialisasi. Kalau masyarakat dekat dengan agama, insya Allah peredaran narkoba bisa ditekan,” tutup dia.***

Related Posts

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *