TANGERANG – Siapa sangka, nama Neglasari yang kini akrab dikenal sebagai salah satu kecamatan dan kelurahan di Kota Tangerang ternyata memiliki kisah panjang dan menarik di balik penamaannya. Tak sekadar nama, Neglasari menyimpan jejak sejarah, perubahan sosial, hingga doa masyarakat yang melekat kuat di setiap hurufnya.
Fakta ini diungkap dalam buku “Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang” karya Burhanudin, yang menelusuri jejak sejarah kampung-kampung tua di wilayah Tangerang.
Dalam catatannya, Burhanudin menjelaskan bahwa kawasan yang kini dikenal sebagai Neglasari dulunya memiliki nama yang cukup unik, bahkan terdengar asing bagi generasi muda saat ini — Sewan Parung Kuda. Namun, nama tersebut akhirnya diubah karena dianggap memiliki konotasi yang kurang baik oleh masyarakat setempat.
“Perubahan nama tersebut kemudian diperkuat saat wilayah ini resmi menjadi Kecamatan Neglasari pada tahun 2000. Pembentukan kecamatan baru ini mencakup beberapa kelurahan yaitu di antaranya Neglasari, Karang Sari, Selapajang Jaya, Kedaung Wetan, Mekar Sari, Karang Anyar dan Kedaung Baru,” tulis Burhanudin dalam bukunya.
Pemilihan nama Neglasari pun tidak dilakukan secara sembarangan. Menurut Burhanudin, penetapan nama ini merupakan hasil kesepakatan para tokoh masyarakat yang memiliki satu tujuan besar — menjadikan wilayah tersebut maju dan sejajar dengan kecamatan lain di Kota Tangerang.
Secara administratif, keputusan itu juga diperkuat karena kantor Kapermat (Kepala Pemerintahan Marga) kala itu berada di Kelurahan Neglasari.
Tak hanya itu, sejarah nama ini juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Jahiri (72), salah satu tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan bahwa nama Neglasari berasal dari bahasa Sunda.
“Kata ‘Negla’ diartikan sebagai nyata, kelihatan atau jelas. Dahulu, kampung ini, yang masih berbentuk bulakan (daratan dekat sungai yang sering tergenang), tampak jelas terlihat dari seberang Sungai Cisadane, sehingga awalnya dikenal sebagai ‘Kampung Negla’. Sementara itu, kata ‘Sari’ memiliki arti manis,” katanya.
Gabungan dua kata tersebut menciptakan makna yang indah — Neglasari, kampung yang tampak jelas dan membawa kebaikan serta kemanisan bagi penduduknya. Penambahan kata “sari” juga menjadi simbol harapan agar wilayah ini selalu menjadi tempat yang nyaman, harmonis, dan sejahtera bagi warganya.
Kini, kisah lahirnya nama Neglasari bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga pengingat bahwa setiap nama menyimpan doa dan cita-cita kolektif masyarakatnya. Dari Sewan Parung Kuda hingga Neglasari, perubahan itu mencerminkan semangat warga yang ingin tumbuh dan menatap masa depan dengan penuh harapan.









