TANGERANG – Selama ini, peran ayah seringkali diidentikkan sebagai pencari nafkah dan pelindung keluarga. Namun di era modern, pandangan itu mulai bergeser. Kini, sosok ayah juga diharapkan hadir aktif dalam pengasuhan anak — menjadi figur yang bukan hanya menghidupi, tetapi juga mengasihi (5/10/2025).
Menurut psikolog keluarga dr. Sinta Rahmawati, M.Psi., keterlibatan ayah dalam pengasuhan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan emosi dan kepercayaan diri anak. “Anak yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari ayah cenderung lebih percaya diri, mandiri, dan memiliki kemampuan sosial yang baik,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kehadiran ayah bukan hanya berarti ada secara fisik, tetapi juga emosional. Mengajak anak bermain, mendengarkan cerita mereka, atau sekadar menemani saat belajar adalah bentuk pengasuhan yang bernilai tinggi. “Momen kecil seperti itu dapat memperkuat ikatan batin antara ayah dan anak,” tambahnya.
Kini, semakin banyak ayah yang mulai aktif terlibat dalam kegiatan domestik — dari mengganti popok, menyiapkan sarapan, hingga mengantar anak ke sekolah. Tren ini menunjukkan perubahan positif dalam pola pikir masyarakat bahwa pengasuhan bukan lagi tanggung jawab ibu semata.
Rizky (34), seorang pegawai swasta asal Kecamatan Cikupa, mengaku merasa lebih dekat dengan anaknya sejak memutuskan untuk meluangkan waktu setiap sore bersama keluarga. “Dulu saya pikir cukup dengan bekerja keras untuk mereka. Tapi ternyata anak juga butuh kehadiran, bukan hanya kiriman uang,” ujarnya sambil tersenyum.
Penelitian dari berbagai lembaga juga menunjukkan bahwa anak dengan ayah yang terlibat aktif dalam pengasuhan memiliki tingkat stres lebih rendah dan prestasi akademik yang lebih baik. Peran ayah dalam memberikan rasa aman dan teladan positif menjadi pondasi penting bagi tumbuh kembang anak.
“Ketika ayah hadir, anak belajar tentang tanggung jawab, kasih sayang, dan bagaimana menjadi pribadi yang kuat tanpa kehilangan empati,” tutur dr. Sinta.
Perubahan pola pengasuhan ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai keluarga Indonesia — menghadirkan harmoni, kebersamaan, dan keseimbangan antara peran ayah dan ibu dalam membentuk generasi yang berkarakter.
Tagline:
Ayah bukan hanya kepala keluarga, tapi juga hati yang menguatkan dan tangan yang menuntun langkah anak menuju masa depan.