Jakarta – Obesitas kini bukan lagi sekadar persoalan penampilan, melainkan ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat Indonesia dan perekonomian nasional. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, jumlah penderita obesitas terus meningkat dalam satu dekade terakhir, terutama di kalangan usia produktif yang seharusnya menjadi tulang punggung pembangunan.
Lonjakan Prevalensi
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi obesitas pada orang dewasa mencapai 21,8 persen. Angka ini melonjak dari 14,8 persen pada 2013 dan diperkirakan terus naik jika pola hidup masyarakat tidak segera berubah. Para pakar memprediksi prevalensi obesitas dapat mencapai 28 persen pada 2025 dan menembus 35 persen pada 2035 bila tidak ada intervensi serius.
Dampak Kesehatan
Obesitas terbukti meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung koroner. Kemenkes menegaskan bahwa penyakit tidak menular (PTM) yang kian marak di Indonesia erat kaitannya dengan obesitas dan pola hidup tidak sehat.
“Obesitas meningkatkan risiko kematian dini. Oleh karena itu, pencegahan harus menjadi prioritas bersama melalui perubahan pola makan dan aktivitas fisik,” tegas Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM Kemenkes.
Ancaman Ekonomi
Masalah obesitas bukan hanya menguras biaya perawatan kesehatan, tetapi juga menurunkan produktivitas kerja. World Obesity Federation (2023) memperkirakan kerugian ekonomi akibat obesitas bisa mencapai 1,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2035.
Bank Dunia menambahkan, peningkatan kasus obesitas dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, karena kualitas sumber daya manusia (SDM) menurun akibat tingginya angka sakit. Kondisi ini tentu menjadi alarm bahaya, terlebih Indonesia sedang bersiap memanfaatkan bonus demografi.
Gaya Hidup Jadi Pemicu
Peningkatan konsumsi makanan cepat saji, minuman tinggi gula, dan minimnya aktivitas fisik menjadi penyebab utama melonjaknya kasus obesitas. Survei Global Nutrition Report menyebutkan lebih dari 40 persen masyarakat Indonesia masih kurang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik harian.
Upaya Pemerintah dan Tantangan
Pemerintah melalui program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), kampanye konsumsi makanan bergizi seimbang, hingga pembatasan iklan makanan tidak sehat bagi anak-anak telah dilakukan. Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi tantangan, terutama rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat.
Seruan Ahli
Pakar gizi dari Universitas Indonesia menekankan pentingnya peran keluarga. “Orang tua harus membiasakan anak mengonsumsi buah dan sayur sejak dini, serta membatasi asupan makanan tinggi lemak dan gula. Jika dibiarkan, generasi mendatang bisa menghadapi krisis kesehatan yang jauh lebih berat,” ujarnya.
Kesimpulan
Obesitas di Indonesia sudah menjadi masalah multidimensi: mengancam kesehatan, menekan produktivitas, dan membebani ekonomi. Tanpa langkah nyata dan konsisten dari pemerintah, masyarakat, serta sektor swasta, ancaman ini akan semakin sulit dikendalikan.