JAKARTA – Pidato Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (23/9/2025), menuai perhatian besar. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, bahkan menyebutnya sebagai salah satu pernyataan paling berani Indonesia di kancah global.
Dalam pidatonya, Presiden menegaskan kesiapan Indonesia mengirim 20.000 pasukan perdamaian ke Gaza maupun wilayah konflik lain bila diputuskan PBB.
“Presiden ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya bicara soal perdamaian. Kita siap ikut menanggung beban itu dengan prajurit kita, bahkan dengan dukungan dana. Pesan ini kuat sekali: Indonesia tidak akan diam,” ujar Meutya di Jakarta, Rabu (24/9/2025).
Meutya menilai sikap tersebut lahir dari pengalaman panjang bangsa Indonesia yang pernah merasakan getirnya penjajahan dan ketidakadilan.
“Karena itu ketika Presiden mengatakan ‘kekuasaan tidak bisa menjadi kebenaran, kebenaranlah yang harus menjadi kebenaran’, dunia patut mendengarnya,” ucapnya.
Ia menambahkan, langkah Presiden Prabowo juga menunjukkan bahwa negara berkembang seperti Indonesia mampu mengambil peran penting di panggung internasional.
“Indonesia tidak menunggu. Kita menawarkan solusi. Kita ingin menjadi bangsa yang memberi harapan, bukan hanya untuk Palestina, tapi untuk kemanusiaan,” tegas Meutya.
Lebih jauh, Meutya menekankan bahwa pernyataan Presiden terkait Palestina sekaligus meneguhkan konsistensi Indonesia dalam mendukung solusi dua negara.
Indonesia, kata dia, berdiri tegak untuk memperjuangkan Palestina yang merdeka berdampingan dengan Israel yang aman.
“Presiden ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya bicara soal perdamaian. Kita siap ikut menanggung beban itu dengan prajurit kita, bahkan dengan dukungan dana. Pesan ini kuat sekali: Indonesia tidak akan diam,” pungkasnya.