Minggu, 21 September 2025 5:30 WIB
BerandaSerangTemuan Cesium-137 di Cikande, Pakar: Waspada, tapi Jangan Panik

Temuan Cesium-137 di Cikande, Pakar: Waspada, tapi Jangan Panik

- Advertisement -

SERANG // Temuan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di kawasan industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten, memicu kekhawatiran publik. Meski demikian, pakar metalurgi dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Prof. Agus Pramono, menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu panik, selama kewaspadaan tetap dijaga.

“Cesium-137 lazim digunakan dalam berbagai keperluan industri dan medis. Jika disimpan dengan benar, zat ini tidak berbahaya. Namun, jika terjadi kebocoran dan masuk ke tubuh, bisa memicu gangguan kesehatan serius, termasuk kanker,” kata Agus Pramono yang akrab disapa Gus Pram, Jumat (12/9/2025).

Cs-137 merupakan isotop radioaktif hasil fisi nuklir. Zat ini kerap dimanfaatkan dalam sterilisasi peralatan medis, deteksi cacat logam melalui gamagrafi, serta pelacakan aliran fluida di sektor industri.

Ambang Batas Paparan

Menurut Gus Pram, efek kesehatan dari paparan Cs-137 sangat bergantung pada kadar dan cara paparan. “Berdasarkan data Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, kandungan Cs-137 pada udang sebesar 68 becquerel per kilogram (Bq/kg) masih dianggap aman. Namun, jika melebihi 1.200 Bq/kg, potensi risiko terhadap tubuh meningkat signifikan,” ujarnya.

Ia menambahkan, risiko meningkat bila paparan berlangsung dalam jangka panjang atau terjadi kebocoran dalam bentuk gas atau partikel halus. Dalam kondisi tersebut, Cs-137 dapat menyebar ke udara, tanah, dan air, sehingga memperbesar peluang kontaminasi.

Bukan Pengawet Makanan

Menanggapi beredarnya informasi bahwa Cs-137 digunakan sebagai pengawet makanan, Gus Pram menampiknya secara tegas. “Itu tidak benar. Unsur pengawet umumnya berasal dari natrium, bukan logam radioaktif. Cs-137 berbentuk serbuk atau gas, dan secara teknis tidak bisa digunakan untuk mengawetkan makanan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa proses difusi zat radioaktif ke dalam makanan memerlukan suhu tinggi yang sulit dicapai dalam praktik sehari-hari.

Dampak dan Pencegahan

Secara umum, paparannya terhadap kulit dalam dosis tinggi bisa menyebabkan iritasi hingga kanker. Oleh karena itu, Gus Pram menyarankan agar masyarakat menjaga jarak aman dan tidak bersentuhan langsung dengan material yang terkontaminasi.

Ia juga menekankan pentingnya pemantauan berkala terhadap kawasan industri serta penguatan tata kelola limbah radioaktif. “Penting dilakukan identifikasi menyeluruh untuk mencegah risiko yang lebih besar,” ucapnya.

Salah satu langkah mitigasi yang disarankan adalah penghijauan di sekitar kawasan industri. “Pohon dapat membantu menyerap polutan, termasuk zat radioaktif, dan menstabilkan kualitas udara,” tuturnya.

Di akhir pernyataannya, Gus Pram meminta masyarakat tetap tenang. “Tidak perlu panik. Selama jarak aman dijaga dan tidak ada kontak langsung, risiko kesehatan bisa diminimalkan,” ujarnya.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

BERITA TERKINI

- Advertisment -