Food

Makanan Terbuang, Petani Merugi? Ini Peran Teknologi yang Bisa Mengubah Nasib Pascapanen Indonesia

Pernah nggak kamu menemukan bahan pangan seperti sayur atau buah yang sudah tidak segar lagi, tapi masih dijual di pasar dengan harga murah? Kamu mungkin bertanya-tanya, kenapa barang yang kualitasnya sudah turun masih ada harganya?

Ini sebenarnya adalah salah satu upaya untuk mengurangi sampah makanan (food waste). Para petani biasanya menyortir hasil panen dan menjual yang kualitasnya kurang ke pasar tertentu dengan harga lebih murah. Sayangnya, cara ini bukan solusi yang berkelanjutan. Nyatanya, tidak banyak orang yang tertarik membeli bahan pangan dengan kualitas rendah. Alhasil, banyak hasil panen yang dijual murah justru tidak laku dan akhirnya terbuang.

Lalu, apa sih yang menyebabkan bahan pangan cepat rusak setelah panen? Banyak faktornya, mulai dari serangan hama dan penyakit, cuaca ekstrem (seperti kekeringan atau banjir), teknik panen yang kurang tepat, penanganan pascapanen yang salah, hingga penyimpanan yang tidak baik.

Tapi, bagaimana jika kerusakan itu terjadi karena teknologi yang digunakan di sektor pertanian kita belum maksimal? Benar sekali. Kurangnya pemanfaatan teknologi agroindustri dalam penanganan pascapanen menyebabkan tingginya kerusakan, penurunan kualitas, dan nilai jual produk pertanian yang rendah.

Data Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian menyebutkan, hanya 18% atau sekitar 5,4 juta petani yang sudah memanfaatkan teknologi modern. Padahal, teknologi punya peran yang sangat penting dan serbaguna dalam mengurangi sampah makanan.

Berbagai jenis teknologi bisa saling melengkapi untuk mengatasi masalah ini, mulai dari tahap pencegahan hingga pengolahan akhir. Sensor dan Internet of Things (IoT) bisa memantau kondisi makanan agar tidak cepat rusak. Kecerdasan Buatan (AI) membantu memperkirakan jumlah stok agar tidak berlebihan. Blockchain mencatat perjalanan produk dari lahan hingga ke meja makan, sehingga jika ada masalah, sumbernya bisa cepat dilacak. Aplikasi ponsel juga membantu konsumen mengelola makanan dengan lebih bijak, misalnya dengan memberi notifikasi saat bahan makanan hampir kedaluwarsa. Bahkan, sampah makanan yang sudah terlanjur ada bisa diolah menjadi energi (seperti biogas) atau pupuk. Intinya, teknologi adalah alat cerdas yang membantu kita mencegah, memantau, dan mengelola sampah makanan secara efisien di semua tahap—dari petani hingga ke tangan konsumen.

Sumber :

Djaini, A., Haslinah, A., Muthmainah, H. N. 2023. Strategi Pengurangan Sampah Makanan Menggunakan Analisis Data dan Teknologi. Jurnal Multidisiplin West Science, Vol. 02, No. 10: . 881-894

Walid, M., Hoiriyah, H., & Fikri, A. 2022. Pengembangan sistem irigasi pertanian berbasis Internet of Things (IoT). Jurnal Mnemonik, 5(1), 31-38.

bppsdmp.pertanian.go.id

Penulis: Aini Fauziah Hanun, Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Related Posts

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *