Jakarta – Traveling atau liburan tidak hanya menjadi sarana rekreasi, tetapi juga terbukti memiliki dampak positif bagi kesehatan mental. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bepergian dapat membantu menurunkan tingkat stres, meningkatkan kebahagiaan, memperluas wawasan, dan memperkuat hubungan sosial.
Sebuah studi dari Ekuador menemukan bahwa kegiatan wisata alam mampu menurunkan gejala depresi, kecemasan, dan stres secara signifikan. Meskipun efeknya berangsur menurun setelah enam bulan, penelitian ini membuktikan bahwa perjalanan dapat memberikan efek pemulihan psikologis yang nyata. Temuan serupa juga dilaporkan di Cina, di mana traveling rekreasi berpengaruh positif terhadap kesejahteraan psikologis melalui pengurangan stres dan peningkatan dukungan sosial.
Bagi kelompok usia lanjut, traveling juga memiliki manfaat besar. Studi di Jepang menunjukkan bahwa lansia yang melakukan perjalanan jarak jauh memiliki fungsi kognitif yang lebih baik dan tingkat depresi yang lebih rendah dibandingkan mereka yang jarang bepergian. Aktivitas fisik ringan selama perjalanan, seperti berjalan kaki atau menjelajahi tempat wisata, turut memperkuat kebugaran tubuh dan menjaga kestabilan emosi.
Selain itu, traveling juga berdampak positif terhadap suasana hati dan kreativitas. Mengunjungi tempat baru, melihat keindahan alam, atau berinteraksi dengan budaya yang berbeda memberikan stimulus positif bagi otak. Suasana baru ini dapat memicu rasa bahagia, memperluas cara pandang, serta melatih kemampuan beradaptasi. Penelitian dari US News Health menjelaskan bahwa pengalaman visual dan emosional saat bepergian membantu meningkatkan hormon dopamin dan serotonin, dua zat kimia otak yang berperan dalam menumbuhkan rasa senang dan semangat hidup.
Dari sisi sosial, traveling juga memperkuat hubungan antarindividu. Perjalanan bersama keluarga, sahabat, atau komunitas dapat mempererat ikatan emosional dan mengurangi rasa kesepian. Bertemu orang baru dan mengenal budaya berbeda juga menumbuhkan empati serta rasa toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan.
Secara medis, traveling mampu menurunkan kadar hormon kortisol atau hormon stres, serta meningkatkan kualitas tidur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang rutin berlibur memiliki risiko lebih rendah terhadap gangguan kecemasan dan kelelahan mental.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa manfaat traveling bersifat sementara jika tidak diimbangi dengan pola hidup sehat setelah kembali dari perjalanan. Traveling juga tidak dapat menggantikan perawatan medis bagi individu yang mengalami gangguan mental berat, tetapi dapat menjadi pelengkap terapi dalam proses pemulihan.
Agar manfaatnya maksimal, disarankan untuk melakukan perjalanan secara rutin, tidak harus jauh atau mahal. Berkunjung ke tempat alam terbuka seperti pantai, gunung, atau taman kota sudah cukup membantu menenangkan pikiran. Aktivitas sederhana seperti berjalan santai, menikmati udara segar, dan menjauh sejenak dari rutinitas harian bisa memberikan efek positif bagi kesehatan mental.
Dengan berbagai bukti ilmiah tersebut, traveling dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk investasi penting bagi kesehatan jiwa. Di tengah kesibukan dan tekanan hidup yang tinggi, meluangkan waktu untuk bepergian menjadi langkah sederhana namun efektif untuk menjaga keseimbangan pikiran dan kebahagiaan hidup.