Rabu, 19 Februari 2025 5:26 WIB
BerandaEsaiHambatan dan Kebiasaan Buruk yang Mempersulit Anda Menguasai Keterampilan Membaca Cepat

Hambatan dan Kebiasaan Buruk yang Mempersulit Anda Menguasai Keterampilan Membaca Cepat

- Advertisement -

Orang yang tidak mendapat bimbingan dan latihan khusus membaca cepat sering mudah lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca, merasa mudah bosan, tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk bisa menyelesaikan buku yang tipis sekalipun.

Berikut ini ada hambatan-hambatan yang umum dalam mem-baca:

1. Sulit Konsentrasi

Kesulitan konsentrasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: kelelahan fisik dan mental, bosan, atau banyak hal lain yang sedang dipikirkan. Konsentrasi juga dapat terganggu oleh hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian seperti suara musik yang keras, TV yang menyala, orang lalu- lalang, suara yang sangat bising, dan lain-lain.

Kesulitan konsentrasi membuat pikiran melayang entah ke mana dan huruf-huruf yang dibaca pun ikut menguap ter- bang. Dalam membaca, konsentrasi sangat penting karena menentukan kemampuan Anda menangkap dan memahami isi bacaan. Apalagi ketika Anda membaca cepat, konsentrasi yang baik akan memastikan bahwa kecepatan baca berban- ding lurus dengan pemahaman dan bukan sebaliknya.

3. Rendahnya Motivasi

Hambatan berikutnya dalam membaca adalah motivasi. Gangguan ini terutama dialami mahasiswa ketika harus membaca text book tebal yang tidak disukai. Rendahnya motivasi akan muncul ketika Anda hendak membaca suatu buku tapi tidak terlalu tahu buku tersebut tentang apa. Maka, Anda akan cenderung membaca sekedarnya saja, dan tidak terlalu berminat untuk membaca dengan pemahaman yang baik.

4. Khawatir Tidak Memahami Bahan Bacaan

Ada orang yang minder duluan ketika baru melihat buku yang hendak dibaca. Dia khawatir bahwa buku tersebut terlalu berat dan nanti tidak bisa dipahami. Rasa khawatir ini ternyata akan menjadi kenyataan jika Anda terus mem- bawanya ketika membaca. Kekhawatiran bahwa Anda tidak bisa atau sulit memahami isi bacaan akhirnya akan benar- benar menjadi kenyataan.

Rasa khawatir ini paling sering jika membaca buku pelajaran terutama pada saat menjelang ujian. Ada perasaan waktu Anda cukup terbatas, Anda kurang memiliki pengetahuan,

soal yang ditanyakan mungkin sangat beragam, dan Anda harus menguasai satu buku secara penuh untuk memahaminya. Kekhawatiran ini akan mengganggu kecepatan baca maupun pemahaman Anda.

Kebiasaan-Kebiasaan Buruk dalam Membaca

1. Vokalisasi

Sesuai namanya, vokalisasi berarti melafalkan apa yang dibaca. Tingkat vokalisasi ini berbeda-beda pada tiap orang termasuk tinggi rendahnya bunyi yang dilafalkan. Kebiasaan vokalisasi mungkin muncul ketika pertama kali kita belajar membaca dan diminta melafalkannya. Masih ingatkah Anda kalimat-kalimat berikut ketika belajar membaca di masa kanak-kanak dulu?

Ini Budi

Ini Ibu Budi

Ini Bapak Budi

Ya, Anda diminta melafalkannya keras-keras di depan kelas. Secara tidak sadar Anda terus melafalkan apa-apa yang dibaca meskipun kini suaranya sudah lebih pelan.

Vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis menjadi setara kecepatan berbicara. Kecepatan bi- cara ini sangat lambat sekitar 150 kata per menit (word per minute/wpm) bahkan jika Anda termasuk orang yang berbicara dengan cepat sekalipun.

2. Gerakan Bibir

Gerakan bibir sangat mirip dengan vokalisasi. Bedanya adalah jika vokalisasi mengeluarkan suara, maka pada gerakan bibir hanya ada gerakan saja tanpa disertai suara.
Karena alat berbicara yang digunakan pada dasarnya sama yakni menggunakan bibir dan lidah Anda, dapat dipastikan kecepatan membaca dengan cara ini juga setara dengan kecepatan berbicara.

Coba Anda amati orang-orang di sekitar Anda, apakah ada yang membaca tapi bibirnya terus-menerus bergerak seperti melafalkan sesuatu? Perhatikan pula apakah diri Anda melakukan hal yang sama. Jika ya, itulah yang dinamakan gerakan bibir. Kebiasaan ini muncul sama seperti vokalisasi yakni ketika kita mulai belajar mem- baca dan terbawa sampai sekarang. Bedanya kalau dulu harus dilafalkan keras-keras, sekarang cukup dengan gerakan bibir tanpa bersuara.

3. Gerakan Kepala

Kebiasaan berikut ini relatif lebih ringan dari kedua ke biasaan yang pertama. Kebiasaan buruk berikutnya ada- lah menggerakkan kepala dari arah kiri secara teratur perlahan-lahan bergerak ke kanan mengikuti alur bahan bacaan. Gerakan kepala ini sering kali dilakukan ber- samaan dengan pola gerakan mata dengan alur yang mirip.

Gerakan kepala dalam membaca akan mengurangi kecepatan baca karena Anda membutuhkan waktu tertentu untuk melakukannya. Sebenarnya tanpa menggerakkan kepala seperti itu, bahan bacaan sudah dapat terlihat dan terbaca. Namun dengan gerakan kepala biasanya seseorang ingin memastikan bahwa apa yang dibaca sebelumnya telah lewat, dan gerakan tersebut mengindi- kasikan proses perpindahan ke bahan bacaan berikutnya.

Kebiasaan menggerakkan kepala muncul dari kebiasaan membaca per suku kata atau membaca Kata per kata. Pada proses membaca seperti ini, bahan bacaan dike- lompokkan dalam satuan terkecilnya yakni kata per kata atau bahkan cuma per suku kata. Dengan demikian, kecepatan baca akan terbatas meskipun tidak selambat orang yang membaca dengan vokalisasi atau gerakan bibir.

Dengan menghilangkan kebiasaan ini, biasanya sekaligus akan menghilangkan kebiasaan membaca kata per kata dan mulai berusaha menangkap beberapa kata sekaligus.

4. Regresi

Regresi adalah sebuah kebiasaan membaca bahan bacaan, kemudian mengulangnya kembali karena khawatir apa yang baru saja dibaca tidak terpahami. Regresi paling sering dialami mahasiswa yang akan menghadapi ujian apalagi jika sebelumnya tidak punya persiapan. Ketika membaca suatu paragraf, akan muncul perasaan kurang yakin bahwa paragraf tersebut telah dimengerti kemudian berusaha mengulang lagi dari awal paragraf atau awal baris sampai beberapa kali.

Ternyata kebiasaan regresi ini cukup dominan dimiliki seseorang meskipun sudah bisa membaca lebih cepat dari orang kebanyakan. Regresi dianggap suatu cara untuk memastikan pemahaman akan bahan bacaan. Dalam satu halaman, seseorang bisa melakukan regresi 20 sampai 25 kali.

5. Sub Vokalisasi

Dari namanya, kebiasaan buruk yang satu ini punya kemiripan dengan vokalisasi. Bedanya adalah, jika vokalisasi melafalkan bahan bacaan dengan bersuara, sub vokalisasi adalah membaca di dalam hati. Ketika mela- kukan proses membaca Anda membaca dalam hati baik kata per kata, per kelompok kata, atau pun membaca dalam hati dengan cepat.

Sub vokalisasi termasuk yang paling sulit diatasi bahkan oleh pembaca cepat sekalipun. Secara natural ini terjadi dalam diri setiap orang. Sub vokalisasi akan mengganggu jika kecepatan baca Anda menjadi cenderung rendah karena terlalu “menghayati” kata per kata. Adapun bagi pembaca cepat, sub vokalisasi biasanya tidak lagi kata per kata melainkan suatu konteks pemahaman yang “didiktekan ulang” dalam hati atau pikiran Anda.

- Advertisment -

BERITA TERKINI

- Advertisment -